UMKM Indonesia, Bundo Rina: Raksasa yang Sedang Tidur

×

UMKM Indonesia, Bundo Rina: Raksasa yang Sedang Tidur

Bagikan berita
Tangkapan layar webinar webinar yang digelar Bundo Kanduang Mancanegara (BKM), Senin pagi.
Tangkapan layar webinar webinar yang digelar Bundo Kanduang Mancanegara (BKM), Senin pagi.

PADANG (16/8/2021) - Peringkat daya saing Indonesia dalam laporan Global Competitiveness Index (GCI) 2019 yang baru dirilis World Economic Forum (WEF) turun ke posisi 50 dari posisi 45 pada tahun lalu. Tak hanya turun peringkat, skor daya saing Indonesia juga turun meski tipis 0,3 poin ke posisi 64,6.

Data ini diungkapkan Country Manager sekaligus Trading Manager MUTIGO Indonesia, Masni Eritrina pada webinar yang digelar Bundo Kanduang Mancanegara (BKM), Senin pagi. Webinar ini merupakan kolaborasi BKM dengan Mutigo Indonesia yang dimoderatori Patra Rina Dewi, penggiat sosial di Sumatera Barat sekaligus pengurus BKM.

"UMKM kita adalah raksasa yang sedang tidur. Kontribusi ekspor UKM Indonesia masih sedikit sekali, sekitar 14 persen, tertinggal dengan negara anggota APEC yang sudah mencapai 35 persen, dari nilai ekspor Indonesia yang sebesaar US$ 153,1 miliar di tahun 2019," ungkap Bundo Rina, demikian Masni Eritrina karib disapa pada komunitas BKM.

Webinar BKM ini, mengambil tema "Evolusi UMKM Menuju Pasar Global: Menyiapkan UMKM Indonesia untuk Siap Ekspor." Digelar dalam rangka menyemarakan Hari UMKM Nasional, yang diperingati setiap tanggal 12 Agustus.

Dikatakan Bundo Rina, persoalan mendasar yang dihadapi pelaku UMKM Indonesia sehingga kurang berkontribusi dalam ekspor di antaranya persoalan personality (karakter dan mental) pelaku UMKM, produk (kaulitas, kapasitas, sertifikasi dan kendala logistik informasi), informasi yang terbatas, finansial akses dan perizinan.

"Riset yang kami lakukan, ceruk pasar sektor makanan dan agrobisnis mencapai angka 52 persen, perhiasan 26 persen, kerajinan dan home decor 15 persen dan lainnya 7 persen," ungkap Bundo Rina.

Dijelaskan Bundo Rina, MUTIGO Indonesia memiliki sejumlah program dalam mengakselarasi UMKM agar bisa menembus pasar internasional.

Pertama, assesment yang ditujukan untuk mengetahui profile, permasalahan serta fasilitas pendampingan apa yang dibutuhkan pelaku UMKM. Prosesnya dilakukan secara online dan offline yakni depth interviewe, questioner analisa, mengirimkan sampel dan produk knowledge serta pendampingan terhadap produk dari calon peserta.

"Tahapan ini untuk mengetahui secara detail dan jelas tentang calon peserta seperti karakter, visi, operasional dan kapasitas usaha, pemasaran dan tujuan hidupnya. Hasil assesment ini adalah kunci dan referensi dalam mendesain program dalam pelatihan dan pendampingan UMKM," ungkap Bundo Rina.

"Ini semua untuk memastikan jenis panduan yang tepat diberikan kepada peserta saat pelatihan dan selama pendampingan nanti," tambahnya.

Kedua, klusterisasi yang merupakan mapping bagi UMKM dalam mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi menuju ekspor berdasarkan hasil assesment. Tahapan ini dilakukan tertutup dan melibatkan seluruh stake holder terkait dengan program.

"Dengan klusterisasi ini, MUTIGO Indonesia bisa memetakan kekuatan dan langkah-langkah bagi peserta dalam membuka pasar ekspor," tukas Bundo Rina.

Ketiga, program package. Ini berdasarkan premis bahwa pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan mengembangkan bisnis dapat diajarkan, sementara sikap yang dibutuhkan wirausahawan dapat diidentifikasi dan didorong.

"Program ini dirancang untuk mendukung peserta dengan jiwa kewirausahaan jadi kreatif dalam memulai rebuild sendiri serta dalam mendorong inovasi dan leadership dalam organisasi usaha mereka sehingga siap untuk membuka pasar ekspor," terangnya.

Keempat, evaluasi dan bisnis mentoring yang fokus pada pengembangan bisnis (produk, marketing, SDM, operasional dan profit usaha) dari sebelum mengikuti program dan setelah mengikuti program.

"Dengan evaluasi ini, akan diketahui proses perkembangan dan kesiapan peserta untuk ekspor," terangnya sembari menyebutkan, peserta juga akan diberikan coaching clinic untuk lebih memantapkan dan memonitor perkembangan peserta lebih efektif dengan memberikan arahan teknis dan non teknis untuk kesiapan ekspor.

Setelah itu semua dilalui, terang Bundo Rina, MUTIGO Indonesia dengan akses yang dimiliki, akan mempermudah peserta untuk melakukan ekspor ke negara yang jadi mitra bisnis lembaga yang fokus ke konsultan, managemen dan trading ini.

"Peserta yang telah dilatih, nantinya juga akan mengikuti kegiatan pameran dan bussiness matching, mengikuti gelar promosi produk UKM di luar negeri, dilakukan study dan intelligent market dan penertrasi pasar ekspor," terangnya.

"MUTIGO Indonesia juga akan melakkukan coaching/mentorship, koneksi ke dunia industri sekaligus koneksi ke investor," tambah Bundo Rina.

Sayangnya, MUTIGO Indonesia masih belum memiliki project di Sumatera Barat. "Kita sempat akan berkolaborasi dengan Pemko Payakumbuh. Pembicaraan teknis bahkan telah dibicarakan dengan Ketua TP-PKK Payakumbuh, Ibu Heny Riza Falepi. Sayangnya, pandemi Covid19 melanda sehingga rencana itu masih belum bisa dilaksanakan," terangnya.

Atas paparan Bundo Rina ini, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Republik Sosialis Vietnam, Denny Abdi menilai, rancangan pogram MUTIGO Indonesia Sudah mengerjakan semua yang harus dilaksanakan pemerintah.

"Yang dikerjakan MUTIGO sudah dari a to z agar UMKM bisa menembus pasar global. Dengan jaringan yang sudah ada di 23 negara, semoga MUTIGO Indonesia bisa mengantarkan UMKM kita menembus pasar ekspor," harapnya.

Denny mengingatkan, pelaku UMKM tidak berpikir instan. "Proses mesti dinikmati. Ekosistem adalah kata kunci, yang selama ini missed kita perhatikan. Semua negara maju, melakukan pengembangan ekosistem lebih dulu sebelum merambah pasar ekspor," terangnya.

"Dalam menembus pasar ekspor, legal document tak terlalu dipentingkan. Yang diperlukan itu kandungan nutrisi dan komposisi produk dari lembaga yang berkompeten. (kyo)

Country Manager sekaligus Trading Manager MUTIGO Indonesia, Masni Eritrina pada webinar yang digelar Bundo Kanduang Mancanegara (BKM), Senin pagi.

Editor : Devan Alvaro
Tag: