Ini Filosofi Marandang Menurut Prof Rhauda Thaib

Senin, 06 September 2021, 22:03 WIB | Kuliner | Kota Padang
Ini Filosofi Marandang Menurut Prof Rhauda Thaib
Camat Padang Selatan bersama Ketua Bundo Kanduang Sumbar, Prof Rhaudah Thaib dan Anggota DPD RI, Emma Yohanna mencicipi rendang hasil buatan peserta Festifal Milenial Marandang. (veri rikiyanto)

PADANG (5/9/2021) - Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Prof Rhauda Thaib mengatakan randang (rendang) bukan hanya makanan lezat, tapi merupakan budaya masyarakat Sumatera Barat.

Hal tersebut disampaikan Prof Rhauda Thaib saat jadi narasumber pada kegiatan Festival Marandang Milenial di Kelurahan Pasa Gadang Kecamatan Padang Selatan, Ahad.

Menurut Bundo, demikian dia karib disapa, kaum milenial wajib mengetahui filosofi yang terkandung dalam proses pembuatan randang.

"Marandang (memasak rendang), merupakan budaya yang harus kita lestarikan karena banyak filosofi hidup yang terkandung dalam proses pembuatan rendang tersebut," ujar Bundo.

Baca juga: Mushala, Edotel dan Teaching Factory SMK 3 Padang Diresmikan, Ini Permintaan Gubernur Sumbar

Ia menjelaskan, selama proses marandang, diajarkan untuk teliti dan sabar. Karena, butuh waktu yang cukup lama, agar rendang menjadi lezat dan empuk. Mulai dari proses pemilihan bahan dan langkok-langkok (bumbu-red) hingga memasak daging sampai rendang tersebut benar-benar kering.

Selain itu, juga dibutuhkan kerjasama. Karena, memasak rendang tidak bisa dilakukan sendiri. Ada pembagian tugas, seperti menyiapkan bumbu, menyiapkan daging, mengaduk daging dan bumbu serta santan di dalam kuali.

Yang paling penting di sini adalah takaran bumbu harus pas. "Di sini kita dapat memaknainya dalam kehidupan bermasyarakat bahkan berbangsa dan bernegara," tukas dia.

Menurut Bundo, untuk menjadikan rendang tersebut lezat, harus mampu mencampur bumbu dengan baik dan sesuai takaran. Jangan ada bumbu yang terlalu menonjol, sehingga merusak cita rasa.

Baca juga: Sistem Satu Arah Padang-Bukittinggi Diujicoba, Catat Tanggal dan Waktu Pemberlakuannya Selama Libur Lebaran 2024

"Contoh. Jika cabai terlalu banyak, rendang akan pedas. Begitupun kalau kelebihan garam, rendangnya asin. Semua harus sesuai dengan porsinya, jadi kita harus mampu menyatukan aneka bumbu tersebut sehingga menghasilkan cita rasa rendang yang lezat. Di sini terdapat makna persatuan dan kesatuan," pungkas dia. (vry)

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: