Pengabdian Masyarakat Jurusan Biologi FMIPA Unand: Mentawai Masih Minim Lakukan Pengembangan Bahan Olahan Pangan Berbasis Sagu

Rabu, 27 Oktober 2021, 11:45 WIB | Kuliner | Kab. Mentawai
Pengabdian Masyarakat Jurusan Biologi FMIPA Unand: Mentawai Masih Minim Lakukan...
Pelatihan pengolahan tepung sagu di Desa Maileppet, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai oleh tim peneliti dan pengabdian masyarakat Jurusan Biologi Fakultas MIPA Unand. (istimewa)

MENTAWAI (27/10/2021) - Mentawai merupakan salah satu daerah di Indonesia yang selain mengonsumsi sekaligus daerah penghasil sagu selain Maluku dan Papua. Sagu (metroxylon sagu) merupakan makanan pokok bagi masyarakat Mentawai selain talas atau nasi yang mulai diperkenalkan di zaman Orde Baru.

"Sebagai sumber karbohidrat utama, sagu dimasak secara sederhana dengan metoda tradisional, dibakar di dalam ruas bambu (obbuk-red) atau anyaman daun sagu (kapurut-red). Seringkali tepung sagu dicampurkan dengan serutan kelapa untuk memberikan cita rasa gurih sebelum kemudian disantap dengan sup ikan atau masakan daging," ungkap Ketua Tim Pengabdian Masyarakat Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Andalas, Dr Tesri Maideliza bersama anggota, Muhammad Nazri Janra dan Nurmiati dalam pernyataan tertulis yang diterima.

Dalam penelitian sekaligus pengabdian masyarakat ini, ketiga dosen Jurusan Biologi ini juga menggandeng Sekolah Tinggi Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung. Penelitian digelar pada 12-16 Oktober 2021 di Desa Maileppet, Kecamatan Siberut Selatan.

Dalam kegiatan ini, tim peneliti melakukan transfer pengetahuan tentang cara dan teknologi pengolahan sagu jadi makanan dengan imej yang lebih 'wah,' pada warga Desa Maileppet. Selain itu, warga juga dilibatkan langsung dalam praktek pengolahan tersebut, agar 'sense' bahwa sagu dapat dijadikan makanan selain makanan tradisional Mentawai, makin dapat dirasakan.

Baca juga: Kafilah Da'wah Ramadhan 1445 H, Dewan Da'wah Kirim 14 Dai Muda ke Mentawai dan Pessel

"Masyarakat juga diperlihatkan contoh makanan dan kue-kue olahan tepung sagu yang sengaja dibawa dalam kegiatan pengabdian ini. Mereka diajak mencicipi kue bolu caramel sarang semut, cireng dan empek-empek yang dibuat dari tepung sagu," terangnya.

"Sehingga, rasa percaya diri mereka bahwa sagu sangat mungkin untuk dijadikan makanan 'kelas atas' sekaligus dapat mengisi kekosongan kuliner khas di wilayah Kepulauan Mentawai tersebut," ungkap Nazri Janra.

Dikatakan, pengabdian masyarakat kerjasama Jurusan Biologi UNAND dengan SITH-ITB ini masih tahapan awal, dari usaha untuk melakukan pendampingan secara bertahap dan bersinambungan ke depannya.

"Kegiatan pertama ini lebih pada upaya untuk meningkatkan animo masyarakat tentang potensi sagu sebagai makanan lokal bercitra modern. Sekaligus juga untuk menampung aspirasi dari masyarakat terkait kendala dan permasalahan dalam mengolah sagu tersebut, sehingga dapat menjadi landasan untuk kegiatan pengabdian masyarakat selanjutnya," terang dia.

Baca juga: Pemilu 2024, PDI Perjuangan Raih Suara Terbanyak di Dapil Sumbar 8, 6 Petahana Bertahan

Lembaga-lembaga seperti UNAND dan ITB yang akan jadi pendamping, terang dia, dalam kegiatan pengabdian ini telah memiliki pengetahuan dan kajian teoritis terkait dengan masalah-masalah ketahanan pangan lokal seperti sagu Mentawai tersebut.

Halaman:

Penulis:
Editor: Devan Alvaro
Sumber:

Bagikan:

Berita Terkait