Percepatan Penurunan Stunting di Padang Panjang, Sekda: Verifikasi dan Validasi Data Diperlukan

Senin, 21 Maret 2022, 21:13 WIB | Kabar Daerah | Kota Padang Panjang
Percepatan Penurunan Stunting di Padang Panjang, Sekda: Verifikasi dan Validasi Data...
Sekdako Padang Panjang, Sonny Budaya Putra bersama dr Dian Puspita (ketua TP PKK) dan lainnya, memimpin rapat perumusan langkah percepatan penurunan stunting, Senin. (kominfo)

PADANG PANJANG (21/3/2022) -- Sekdako Padang Panjang, Sonny Budaya Putra menyampaikan, verifikasi dan validasi terhadap data Pencatatan dan Pelaporan Gizi Anak Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) dengan angka stunting 15,57% diperlukan. Begitu juga dengan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI), menetapkan angka stunting 20%.

"Untuk membedakan mana yang betul-betul stunting dan tidak stunting, diperlukan pendataan verifikasi dan validasi. Dalam penanganan stunting harus tepat sasaran, tepat program dan tepat anggaran. Kami berharap seluruh tim yang tegabung bekerja ekstra. Koordinasi berjalan dengan baik," harap Sony, Senin.

Pernyataan itu disampaikan Sony rapat perumusan langkah percepatan penurunan stunting. Ini sebagai tindak lanjut Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN PASTI) yang dicanangkan Pemerintah Pusat melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Rapat yang digelar di aula Kantor Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) itu, juga dihadiri Ketua TP-PKK, dr Dian Puspita, Kepala Bappeda, Rusdianto dan pejabat terkait lainnya.

Baca juga: Banggar DPRD Jambi Pelajari Pola Penganggaran Kasus Stunting ke DPRD Sumbar

Dikatakan Sony, dari data tersebut dilakukan pemetaan, langkah-langkah pencegahan sebelum terjadi maupun penanganan bila sudah terjadi.

Sementara itu, dr Dian mengatakan, pencegahan stunting merupakan hal yang sangat penting. "Di sinilah tugas BKKBN bersama Generasi Berencana (GenRe). Anak-anak GenRe, anak-anak PIK-R jadi wadah informasi pada teman-temannya," tutur dr Dian.

"Karena, salah satu penyebab stunting adalah pengetahuan ibu yang kurang. Kedua, anak menikah dini. Ketiga, jarak anak terlalu dekat, berimbas terhadap konsumsi gizi ibu dan anak. Kemudian, memberikan penyuluhan penguatan pemantauan pada 1.000 HPK (Hari Pertama Kehidupan)," tambahnya.

Sementara, dr Yunira Yunirman SpA menuturkan, yang diprihatinkan dari stunting bukan hanya sekadar mengejar tinggi badan, tetapi perkembangan kognitif anak.

Baca juga: Penanganan Stunting jadi Fokus Musrenbang RKPD Agam Tahun 2025

"Yang nanti jadi beban keluarga adalah soal kognifit anak ini. Kalau tinggi, mungkin bisa bertambah," ujarnya. (ham)

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: