Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2022: BI Sumbar Lepas Kapal Kas Keliling ke Lima Pulau di Mentawai

Selasa, 28 Juni 2022, 00:03 WIB | Bisnis | Provinsi Sumatera Barat
Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2022: BI Sumbar Lepas Kapal Kas Keliling ke Lima Pulau di...
Kepala BI Sumbar, Wahyu Purnama A didampingi Gubernur Sumbar, Mahyeldi, Laksamana Pertama TNI Endra Sulistiyono (Komandan Pangkalan Utama TNI AL II Padang), Irjen Pol Teddy Minahasa (Kapolda Sumbar) dan unsur Forkopimda lainnya melepas KRI Cakalang-852 ya

PADANG (27/6/2022) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Barat, Wahyu Purnama A mengatakan, salah satu misi Bank Indonesia yakni menyediakan uang rupiah di seluruh wilayah NKRI. Hal ini wajib dipenuhi, untuk dapat memastikan uang rupiah beredar dan digunakan di seluruh wilayah NKRI.

"Rupiah bukan saja sebagai alat transaksi pembayaran, tetapi juga merupakan identitas dan alat pemersatu bangsa serta njadi salah satu simbol kedaulatan bangsa sebagaimana ditegaskan dalam UU Mata Uang," ungkap Wahyu saat melepas Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2022, di Teluk Bayur, Padang, Senin.

Kegiatan Kas Keliling di Wilayah 3T (Terdepan, Terluar dan Terpencil) di Sumatera Barat itu, merupakan kerjasama antara TNI AL dan BI. Ikut hadir dalam kegiatan itu, Gubernur Sumbar, Mahyeldi, Laksamana Pertama TNI Endra Sulistiyono (Komandan Pangkalan Utama TNI AL II Padang), Irjen Pol Teddy Minahasa (Kapolda Sumbar) dan unsur Forkopimda lainnya.

Dikatakan Wahyu, pelaksanaan amanat undang-undang dan misi tersebut, bukanlah tugas yang mudah. Karena, Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia yang tersebar di 17.499 pulau dan berbatasan dengan 11 negara tetangga.

Baca juga: BI Sumbar Optimistis, Tingkat Inflasi 2023 Menurun

Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas perairannya yang mencakup 70% dari luas wilayah NKRI.

Dengan kondisi tersebut terdapat tiga tantangan utama Bank Indonesia dalam mengedarkan rupiah. Pertama, adalah kondisi geografis NKRI yang memiliki ribuan pulau dengan keterbatasan infrastruktur, sehingga mempengaruhi jangkauan Bank Indonesia dalam menyediakan uang kepada masyarakat, termasuk untuk kepulauan di wilayah 3T.

"Masih banyak daerah-daerah blank spot yang belum dapat dijangkau oleh BI dan Perbankan dalam pengedaran uang Rupiah," ungkap Wahyu.

Kedua, keberagaman tingkat pendidikan masyarakat yang mempengaruhi perilaku dalam memperlakukan uang. Tercermin dari kondisi uang tidak layak edar yang mayoritas lusuh, karena disebabkan sering dilipat, dibasahi maupun distraples.

Baca juga: Curah Hujan Tinggi jadi Faktor Pemicu Inflasi Beras di Sumatera Barat

"Ini tentunya mempengaruhi kualitas uang Rupiah kita. Dalam konteks ini, tantangan ini perlu kami jawab dengan edukasi," tukas Wahyu.

Halaman:

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: