Kaliandra Dilirik jadi Sumbar Listrik Tenaga Bio Energi untuk Mentawai

Senin, 11 Juli 2022, 18:54 WIB | News | Kota Padang
Kaliandra Dilirik jadi Sumbar Listrik Tenaga Bio Energi untuk Mentawai
Gubernur Sumbar, Mahyeldi bersama penggiat pendidikan dan pariwisata, Kotaro Matsuzaki, Hidayat Hanawa dan Haryadi Budi Susanto, di gubernuran Sumbar, Sabtu. (humas)

PADANG (9/7/2022) - Rencana pengembangan pembangkit listrik tenaga bio energi di Kepulauan Mentawai, pengembangan objek wisata Taman Hutan Raya (Tahura) Bung Hatta di Padang dan kerjasama pengiriman tenaga kerja ke Jepang.

Tiga hal ini jadi topik pembicaraan Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi dengan pengusaha sekaligus penggiat pendidikan dan pariwisata, Kotaro Matsuzaki, Hidayat Hanawa dan Haryadi Budi Susanto, di gubernuran Sumbar, Sabtu.

Kepada Mahyeldi, Haryadi menyampaikan rencana pembangkit listrik tenaga bio energi di Mentawai menggunakan sumber energi baru terbarukan (EBT) dari tanaman Kaliandra. Sumber olahan palet dari kayu Kaliandra, digadang bisa jadi bahan EBT biomassa pembangkit listrik hingga 10 MegaWatt.

"Untuk tahap awal, akan dikembangkan di lahan seluas 3 ribu hektar sebagai inti. Nanti, plasma dari masyarakat sekitar, tentu akan turut menunjang," ungkap Haryadi.

Kayu Kaliandra itu kalorinya bagus dan sudah ada hasil penelitiannya dari LIPI. "Bunganya disukai lebah, daunnya juga bagus untuk ternak dan kayunya bisa kita manfaatkan sebagai sumber bio energi," terangnya.

Untuk pengembangan wisata Tahura, menurut Haryadi, akan menghadirkan konsep wisata edukasi modern. Rancangannya, seperti museum tapi atraktif, tidak pasif seperti museum pada umumnya.

"Bukan wisata biasa, ada nilainya. Tapi tetap mematuhi aturan tentang pemanfaatan taman nasional atau hutan lindung," kata Haryadi yang telah sukses mengembangkan wisata Sakura Hill di Tawangmangu, Jawa Tengah.

Sementara, Hidayat Hanawa dan Kotaro Matsuzaki, dua orang pendiri ANS Japanese Academy, menawarkan kerjasama pengiriman tenaga kerja ke Jepang, dengan pola dan sistem yang disebut sebagai sesuatu yang beda, pertama dan satu-satunya di Jepang.

"Kami menerima lulusan SMK untuk dikirim bekerja di Jepang sekaligus sekolah. Melalui ANS Japanese Academy, siswa yang dikirim ke Jepang akan didaftarkan di akademi sekaligus bekerja di perusahaan yang sudah bekerjasama."

"Jadi yang bersangkutan bisa membiayai sekolahnya sendiri dari penghasilannya bekerja. Upah minimal lulusan SMK Rp15 juta per bulan," jelas Hidayat yang sudah 25 tahun tinggal di Jepang.

"Dukungan pak gubernur sangat kita harapkan. Inilah impian kami, bagaimana tenaga kerja tak hanya dapat Yen, tapi juga dapat gelar degree atau sarjana sekaligus hidayah, karena kita bekali juga dengan moral keislaman. Ini beda dengan pengiriman tenaga kerja biasa," tambah Hariyadi.

Halaman:

Penulis:
Editor:
Sumber:

Bagikan: