Pada Tahun 2018 lalu, Kementerian PUPR melaksanakan proyek revitalisasi senilai Rp5,2 Miliar pada Gedung A dan Gedung F, yang berada paling depan dan belakang kompleks tangsi.
Gedung F yang paling belakang itu dahulu dijadikan tempat makan para tentara.
Sebenarnya, bangunan itu ada dua namun yang sudah dibangun Kementerian PUPR satu unit gedung yang berada paling belakang. Karena berdasarkan hasil identifikasi tim ahli, strukturnya dinyatakan lebih lengkap.
Sementara, bangunan kedua hanya tersisa tapak pondasinya saja. Akhirnya pemerintah mengemas sebagai objek tapak situs, untuk menceritakan bahwa dulu pernah ada bangunan yang identik dengan bangunan di sebelahnya.
Bahkan, menggunakan modifikasi pencahayaan untuk menambah nilai estetika.Kompleks Tangsi Belanda ini juga sangat cocok dijadikan lokasi studi seni arsitektur bangunan kolonial abad 19, khususnya bagi mahasiswa teknik sipil.
Pemkab Siak berharap aset kompleks tangsi bisa tetap lestari melalui peran suatu badan pengelola situs cagar budaya yang ada di kota pusaka.
"Supaya kita tak hanya mendapatkan nilai tambah magnet pariwisata, namun situsnya tetap terjaga dan bisa diwariskan untuk generasi masa depan," ucap Irving. (*)
Editor : Mangindo Kayo