JAKARTA (11/8/2023) - Perekonomian Sumatera Barat tumbuh 4,80% (yoy) pada triwulan I tahun 2023 dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2022 yang hanya tumbuh 4,15% (yoy).
"Ini menandakan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat berada dalam lajur yang positif," ungkap Anggota Komisi XI DPR RI, I Gusti Agung Rai Wirjaya di Padang, Senin (7/8/2023).
Penilaian itu disampaikannya, usai memimpin pertemuan dengan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Himbara di Padang.
Dikatakan, lajur positif itu terlihat dari membaiknya kinerja ekonomi serta akselerasi penyaluran kredit sebesar Rp67,89 triliun pada triwulan IV 2022 dengan laju pertumbuhan 9,40% (yoy) menjadi senilai Rp69,64 triliun pada triwulan I 2023.
"Data ini berdasarkan Laporan Perekonomian Provinsi Sumatera Barat yang dirilis Bank Indonesia pada Mei 2023," ucap I Gusti Agung Rai Wirjaya.
Berdasarkan keterangan yang didapat dalam paparan OJK, diketahui pada Juni 2023, kredit untuk investasi tumbuh 9,00 persen (yoy), dan modal kerja tumbuh 5,66 persen (yoy).
Sedangkan kredit konsumsi tumbuh 5,93 persen (yoy). Penyaluran kredit untuk UMKM pada bulan Juni 2023 tumbuh sebesar 9,32 persen (yoy), dengan total penyaluran sebesar Rp28.847 miliar.
Penyaluran kredit UMKM ini mencapai 43,15 persen dari total kredit yang disalurkan perbankan di Sumatera Barat.
Sementara, penyaluran kredit produktif terbesar pada bulan Juni 2023 adalah pada sektor Perdagangan Besar dan Enceran yaitu sebesar Rp17.045 miliar, diikuti sektor Pertanian, Perburuan dan Kehutanan dengan total penyaluran sebesar Rp10.356 miliar.
Atas kondisi itu, menurut Rai (sapaan akrabnya), patut mendapat apresiasi.
Ia menjelaskan, akselerasi ekonomi tersebut terjadi akibat peningkatan konsumsi masyarakat dan investasi serta pelaksanaan berbagai event.
"Event pariwisata Visit Beautiful West Sumatera (VBWS) 2023, diyakini turut serta membawa dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat," nilai Rai.
Namun demikian, ia mengingatkan agar semua pihak tidak lengah dan harus mewaspadai kondisi aktual dari iklim ekonomi global dan domestik.
Mengingat, bukan tidak mungkin akan ada tantangan-tantangan yang perlu diantisipasi untuk mereduksi dampak negatif dari kondisi ekonomi yang masih penuh dengan ketidakpastian.
"Perlu diwaspadai juga, perekonomian global dan domestik pada tahun 2023 diprediksi akan memiliki tantangan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, terutama kendala dari sisi supply akibat dampak pandemi maupun karena masih terjadinya perang dan geopolitik," terangnya.
"Sementara, dari sisi demand terus bertambah, sehingga menyebabkan ketidaksesuain antara supply dan demand yang pada akhirnya akan meningkatkan harga barang dan jasa," tutupnya. (*)
Editor : Mangindo Kayo