PADANG (16/9/2023) - Objek Wisata Alam Nyarai merupakan salah satu konsep pemanfaatan hutan sosial yang terbilang berhasil di Sumbar. Istimewanya, pengelolaannya juga berbasis pemberdayaan masyarakat.
"Sebelum Objek Wisata Nyarai digagas, warga di sekitarnya terlibat praktek illegal loging. Setelah Objek Wisata Nyarai berkembang luas, warga lebih menyukai jadi pemandu wisata. Karena, bisa lebih hidup dengan profesi itu, ketimbang dari menebang kayu hutan secara ilegal" ungkap Gubernur Sumbar, Jakarta, Sabtu.
Keberhasilan mengelola kawasan Perhutanan Sosial ini, dipaparkan Mahyeldi saat jadi narasumber penanggap pada talk show 'Prospek Multiusaha Rakyat Menuju Pembangunan Hijau," yang dihelat Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di Indonesia Arena Gelora Bung Karno.
Dalam materinya, Mahyeldi mengungkapkan pentingnya perhatian pemerintah, kesadaran masyarakat, serta semangat generasi muda dan mahasiswa, mendukung program-program pemberdayaan perhutanan sosial.
Dia pun menyampaikan beberapa contoh kolaborasi ketiga unsur tersebut, dalam pengelolaan perhutanan sosial di Sumbar.
"Di Sumatera Barat, terdapat hutan nagari (desa-red) yang jadi tempat bergantung hidup sebagian besar warga yang menetap di kawasan perhutanan. Mereka ikut menjaga kawasan hutan," ungkap Mahyeldi.
"Untuk mengapresiasinya, tidak cukup dengan tepuk tangan. Harus ada upaya pemberdayaan yang dilakukan sehingga mereka bisa lebih hidup dari pengelolaan hutan itu," tambah Mahyeldi.
Oleh karena itu, sambung Mahyeldi, ia bersama jajaran di Pemprov Sumbar dari tahun ke tahun selalu meningkatkan penganggaran untuk pengelolaan perhutanan sosial.
Dari yang semula senilai Rp9 miliar pada tahun 2021, terus ditingkatkan hingga mencapai Rp16 miliar pada tahun 2023 ini.
Namun demikian, ia menegaskan, keterlibatan banyak pihak sangat diperlukan agar pemanfaatan perhutanan sosial dapat lebih maksimal.
"Bagaimanapun, kita harus bersama-sama. Mustahil kita membangun bangsa ini kalau sendiri-sendiri."
"Dorongan pemerintah, kesadaran masyarakat dan semangat generasi muda serta mahasiswa, harus saling mendukung."
"Setiap nagari atau desa harus berdaya, sebagaimana kata Bung Hatta, seberapa pun terangnya obor di Monas, tidak akan bisa menerangi seluruh nusantara. Oleh karena itu, kita butuh lilin-lilin kecil di seluruh desa, agar seluruh Nusantara ini jadi terang," ucap Mahyeldi.
Talkshow yang dihadiri Mahyeldi ini, merupakan bagian dari rangkaian Festival LIKE (Lingkungan - Iklim - Kehutanan - Energi EBT) yang digelar KLHK tanggal 16-18 September 2023. Kegiatan ini dalam rangka Road to COP28 UNFCCC UAE 2023.
Turur hadir sebagai narasumber penanggap dalam talkshow ini, Prof Dodik Ridho Nurrochmat dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Dr Bambang Supriyanto (Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan KLHK). (*)
Editor : Mangindo KayoSumber : Rilis Biro Adpim Sumbar