"Ini merupakan potensi bagus. Budidaya magot bisa membantu masyarakat mencukupi kebutuhan hidup dan juga bisa membantu pemerintah dalam menyelesaikan persoalan sampah," paparnya.
Magot atau ulat-ulat ini, kata Supardi, bukanlah hal yang menjijikkan, jenisnya berbeda dengan lalat lainnya.
Magot merupakan lalat yang bersih dan higienis. Pada banyak tempat, magot dimanfaatkan untuk kebutuhan pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Bahkan juga dijadikan komoditas kebutuhan manusia.
"Saya berharap peserta kegiatan hari ini bisa membantu mengubah persepsi masyarakat tentang sampah," ungkapnya.
"Bahwa banyak jalur potensi yang bisa diolah untuk menjadi sumber pendapatan, baik melalui daur ulang atau bahkan budidaya magot. Dari sampah kita bisa membuka peluang lapangan kerja dan mengentaskan kemiskinan," tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumbar, Asben Hendri mengajak masyarakat, untuk memulai atensi untuk benar-benar mencintai tempat tinggal masing-masing, salah satunya dalam pengelolaan sampah.
"Apa yang jadi penyebab terjadinya bencana salah satunya karena sikap kita, seperti membuang sampah sembarang.""Pembuangan sampah di sembarang tempat bisa berujung pada tertutupnya aliran air dan menyebabkan banjir. Kita butuh atensi masyarakat untuk menjaga kebersihan, mengelola sampah dengan baik," katanya.
Untuk menumbuhkan atensi masyarakat terkait sampah, menurut Asben, memang harus dilakukan secara berkelanjutan.
Hal ini dikarenakan sudah terbentuk kebiasaan masyarakat mencari cara yang mudah dalam membuang sampah, salah satunya ke aliran sungai.
Editor : Mangindo Kayo