4 Monumen Bersejarah yang Tinggal Kenangan di Sumbar, Patut Dilestarikan?

×

4 Monumen Bersejarah yang Tinggal Kenangan di Sumbar, Patut Dilestarikan?

Bagikan berita
Monumen Michiels sebagai bangunan termegah di Sumatera dulunya (foto: KILTV)
Monumen Michiels sebagai bangunan termegah di Sumatera dulunya (foto: KILTV)

TAHUKAH kamu bahwa setiap daerah memiliki banyak monumen bersejarah, yang kemungkinan hingga kini sudah tidak adalagi penampakannya.

Begitu pula dengan wilayah Sumatera Barat (Sumbar), yang mana terdapat 4 monumen bersejarah yang hanya tinggal kenangan saja sekarang.

Monumen bersejarah yang kebanyakan berada di Kota Padang tersebut, kini telah hilang karena kemajuan dan perkembangan pesat wilayah terkait.

Meski begitu, masih terdapat jejak yang harus dijemput dari peninggalan jaman kolonial itu sebagai saksi sejarah dan cerita panjang untuk dikenang.

Berikut informasi lengkap terkait daftar 4 monumen bersejarah yang tinggal kenangan itu, akan Valora News rangkum pada artikel ini berdasarkan postingan kidalnarsis.

4 Monumen Bersejarah Sumbar Tinggal Kenangan

1. Tugu Jam Kampoeng Djawaweg

Jika Jam Gadang di Bukittinggi dikenal sebagai ikon Sumbar, tapi tahu gaksih dulu di Kota Padang juga ada Jam Gadang yang bernama Tugu Jam Kampoeng Djawaweg di akhir abad 19.

Seperti namanya, lokasinya juga berada di kawasan Kampoeng Djawaweg atau Kampung Jawa dengan posisi jaman sekarang ada di Tugu Air Mancur Pasar Raya Padang atau depan Masjid Taqwa.

Dulunya di sana juga pernah berdiri kantor Balikota Padang lama, dimana menurut sebuah foto dari situs KILTV bahwa bangungan Tugu Jam Kampoeng Djawaweg lumayan tinggi masa itu.

Tingginya sekitar 8 meter atau setara dengan gedung lantai 2, sesuai perkiraan orang yang bersandar di foto. Konon katanya dulu, Belanda selalu memberikan jam pada setiap bangunan yang didirikan.

Menurut Dr. Eko Alvares Z (alm) bahwa fungsi diberikan jam adalah untuk melatih kedisiplinan masyarakat sekitar, tapi hingga artikel ini dipublikasikan sudah tidak adalagi jejak bangunan tersebut.

2. Monumen Michiels

Bangunan ini disebut sebagai salah satu yang termegah di Sumatera dulunya, karena sering menyita banyak perhatian kalangan bangsawan dan masyarakat setempat sebagai salah satu tugu peringatan terbesar.

Tuga itu didirikan dengan tujuan penghargaan kepada Mayor Jenderal Andreas Victor Michiels karena telah berjasa memberantas pemberontakan kaum Padri di Minangkabau, bangunannya bergaya gotik dan sudah ada sejak 1855.

Dulunya wilayah itu dinamakan sebagai Michielsplein atau lapangan Michiels seperti nama yang diberikan, namun sekarang lokasinya sekitaran area Taman Melati di Museum Adityawarman Padang dekat pengadilan Tinggi.

Monumen arsitektur Eropa bergaya gotik ini setinggi 14,4 meter dengan total 5 lantai. Namun penampakannya kini hanya berupa foto dari KILTV dan menjadi cover buku karangan Antropolog Belanda Freek Colombijn.

Melansir kidalnarsis, bangunannya berasal dari besi tuangan yang berlantai marmer dengan beragam relief serta ukiran di bagian luarnya. Pada bagian ujungnya meruncing, bahkan ada salib kecil di tiap tingkatan.

3. Monumen de Greve

Nama lain dari Monumen de Greve adalah jejak sang Penemu Batu Bara yang dibangun sejak tahun 1871, dengan tujuan didirikan untuk mengenang Ir. Willem Hendrik de Greve yaitu ahli pertambangan Belanda.

Ia meneliti Batang Kuantan pada 1872 namun berakhir mati hanyut, tapi jasanya telah membantu penemuan batu bara Sawahlunto yang sangat berdampak terhadap pembangunan infrastruktur di Sumbar.

Selain pihak Belanda yang memberi penghargaan kepada de Greve, warga setempat juga mengabadikan namanya ke sebuah taman yang sekarang berlokasi Bank Indonesia Muaro.

Namun taman dan monumen ini, sudah tidak adalagi dengan lokasi sekarang berada di kolong jembatan Siti Nurbaya dari jalan Nipah.

4. Tugu Raaff

Tugu Raaff disebut sebagai penggagas Fort Van der Capellen yang telah dibangun sejak tahun 1824 di atas bukit kecil, lapangan Dipo yang mengarah ke laut. Karena keberadaannya sempat tergerus ombak pantai, maka pada 1913 letaknya dipindahkan.

Bangunan berbentuk lancip ke atas dengan dasar segi empat itu ini dipindahkan ke sisi utara lapangan Plein van Rome atau lokasi sekarang, yaitu di Lapangan Imam Bonjol.

Keberadaannya dimaksudkan untuk mengenang jasa Letnan Kolonel Antoine Theodore Raaff sebagai pemimpin gerakan perlawanan Perang Paderi, bahkan ia juga yang memberikan ide terhadap benteng Van der Capellen di Batusangkar hingga ia meninggal dunia tanggal 17 April 1824.

Tentu saja sekarang tugu tersebut sudah tidak adalagi, bahkan nama jalan Raaffweg juga sudah diganti menjadi Jalan M Yamin. Posisinya sekarang, ada di Lapangan Imam Bonjol yang sejajar dengan Gedung Balai Kota Padang Lama.

Itulah informasi terkait 4 monumen bersejarah di Sumatera Barat yang sudah tinggal kenangan dan telah hilang karena kemajuan pesatnya perkembangan wilayah, berdasarkan rangkuman Valora News dari berbagai sumber pada artikel ini. Semoga bermanfaat. (*)

Editor : VN-1
Tag: