PADANG (1/7/2025) - Pengadaan beras menjadi suatu keharusan dalam memenuhi kebutuhan pokok pangan manusia khususnya di Kawasan Asia Tenggara.
Permintaan beras tiap tahun meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan penduduk, akan tetapi luas lahan pertanian khususnya sawah tidak meningkat.
Oleh sebab itu, akan mengakibatkan permasalahan dari tahun ke tahun kebutuhan beras yang tidak terpenuhi khususnya di Indonesia, mengakibatkan beras setiap tahun harus diimport dari berbagai negara tetangga.
Dilansir dari CNBC Indonesia (2025), bahwa di awal tahun 2025, Indonesia sudah melakukan import beras sebesar 95,94 ribu ton, turun 89,11% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu seberat 880,81 ribu ton.
Detailnya, per Januari 2025 seberat 79,36 ribu ton dan Februari 2025 seberat 16,58 ribu ton.
Total impor beras per Januari-Februari 2025 itu mayoritas berasal dari India seberat 26,78 ribu ton, lalu Vietnam 17,87 ribu ton, dan Thailand seberat 17,58 ribu ton.
Adapula yang berasal dari Thailand seberat 16,82 ribu ton. Dari Australia menjadi yang paling kecil, yakni hanya seberat 4 kg, dan dari negara lain asal impor secara total seberat 16,88 ribu ton.
Sebenarnya pengadaan beras dan hijauan pakan ternak bisa beriringan sekali jalan melalui budidaya padi sawah.
Tanaman padi saat 45 hari setelah pindah tanam. Dapat dipangkas hijauannya setinggi 15 cm di atas permukaan tanah, untuk memenuhi hijauan pakan ternak (HPT) ruminansia, seperti sapi.
Ternyata tanaman padi yang sudah dipangkas akan kembali tumbuh dan kemudian berbunga dan menghasilkan gabah dan dapat dipanen seperti biasa untuk mendapatkan berasnya.
Tanaman padi yang sudah dipanen dan dipotong jeraminya kemudian dipelihara untuk mendapatkan tumbuhan padi yang baru lagi pada musim tanaman (MT) berikutnya yang disebut orang salibu.
Teknik salibu ini juga sudah berhasil dilaksanakan di Tanah Datar dan beberapa Kawasan lainnya di Sumatera Barat.
Jamilah et al (2020) telah melaporkan dari hasil penelitiannya bahwa tanaman salibu jika dipelihara dengan baik dan mendapatkan pemupukan yang cukup, maka akan menghasilkan anakan produkif yang lebih banyak dari musim tanam sebelumnya.
Potensi tanaman padi ini dapat diulang beberapa kali dipangkas hijauannya dan dipanen gabahnya mendapatkan beras, sehingga permasalahan benih dan pengolahan tanah, sudah bisa diminimalisir.
Selain itu tanaman padi juga lebih singkat usia panennya karena mulai MT berikutnya sudah tidak diperlukan semai padi karena dapat memanfaatkan tunggul padi sebelumnya (salibu).
Diharapkan dengan cara pemangkasan berulang, maka dalam 1 tahun petani dapat memanen HPT dan gabah hingga 4 hingga 5 kali panen.
Kegiatan saat ini dengan judul “Strategi Pertanian Berkelanjutan Mengoptimalkan Pemanfaatan Cendawan Mikoriza Arbuskular, Charged Biochar, Pemangkasan, Dan Teknik Salibu” di Nagari Tigo Koto Silungkang, Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam, sedang dilaksanakan oleh Dr. Ir. Jamilah, MP (Prodi S2 Agroteknologi) bersama Dr Fridarti, SPt MP (Prodi S1 Peternakan).
Penelitian ini juga dilakukan bersama Afri Rona Diyanti SP, MP (Prodi S1 Agroteknologi), Maradona SP (Penyuluh Pertanian Kabupaten Agam/mahasiswa S2 Agroteknologi); M Iqbal (Prodi S1 Peternakan).
Di lokasi lain, Sungai Abu, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, yang melaksanakan M Hidayat (S1 Agroteknologi).
Semua berasal dari Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang. Kegiatan ini terlaksana karena mendapat bantuan pendanaan dari DRTPM Kemdikbudristek tahun 2025, dengan nomor kontrak 005/LL10/DT.05.00/PL/2025, melalui hibah penelitian Fundamental regular.
Tujuan penelitian mendapatkan perananan mikroorganisme dan pupuk organic dalam upaya mengurangi penggunaan pupuk kimia pada tanaman padi yang dipangkas secara periodik.
Kegiatan ini berdampingan dengan program Bapak Bupati Agam yeng mempromosikan sawah pokok murah, dengan pemanfaatan sisa tanaman mengganti kebutuhan pupuk kimia.
Kedua kegiatan ini saling menopang untuk tujuan yang sama, pemanfaatan bahan organic dan swasembada beras serta hemat penggunaan pupuk kimia.
Pada awal tahun 2025 Dr. Jamilah juga meraih penghargaan dari Direktur Eksekutif Business Innovation Center (BIC) yang terpilih salah satu dari “116 Karya Inovasi Indonesia Paling Prospektif-2024,” dengan inovasi Salibu dan pangkas tanaman padi secara periodik.
Diharapkan, bahwa keberhasilan kegiatan ini dapat didopsi petani secara luas, agar pemenuhan swa semabada beras yang dicanangkan Menteri Pertanian Amran Sulaiman dapat terpenuhi. (*)
Editor : Mangindo Kayo