KalaMusika Konser Kata Kata 2025, Gubernur Riau Ikut Baca Puisi, Ini Baitnya

×

KalaMusika Konser Kata Kata 2025, Gubernur Riau Ikut Baca Puisi, Ini Baitnya

Bagikan berita
KalaMusika Konser Kata Kata 2025, Gubernur Riau Ikut Baca Puisi, Ini Baitnya
KalaMusika Konser Kata Kata 2025, Gubernur Riau Ikut Baca Puisi, Ini Baitnya

PEKANBARU (19/7/25) - Gubernur Riau, Abdul Wahid bacakan puisi berjudul "Hilang Rimba Hilang Bahasa" pada ivent KalaMusika Konser Kata Kata 2025.

Dikesempatan itu, Wahid mengaku, belum pernah membaca puisi. Namun, pada malam itu, dia menampilkan puisi yang apik dan upaya untuk melestarikan hutan.

“Puisi ini ekspresi akal dan budi," katanya sebelum membacakan puisi di Gedung Anjung Seni Idrus Tintin Bandar Serai Purnama MTQ Pekanbaru, Sabtu malam.

Bait Puisi Hilang Rimba Hilang Bahasa:

Untuk bunda semesta yang diamnya lebih dalam dari laut dan sabarnya lebih tua dari langit

Aku datang tidak membawa kata-kata baru

Sebab kata-kata telah lama pergi pada retak daun

Pada gemetar pepohonan, pada peluh tanah yang menyusu angin

Sebelum kami menyebutnya puisi

Aku hanya menyulam kembali jejak yang pernah basah oleh pantun

Suara yang pernah halus dalam dzikir angin

Bisikan Rimba nyanyian sungai

Desah tanah yang Luruh dari mata langit ke ubun-ubun manusia

Dulu, kami mengenal dunia bukan dari layar melainkan dari embun di pucuk lalang

Dari gemercik sungai yang hafal nama-nama

Dari mentari yang menyuruk di bilik daun, seperti ibu pulang diam-diam membawa beras

Kami tahu arah bukan dari kompas

Tapi dari arah bayang pohon condong waktu

Kami tak hafal definisi, tapi kami paham arti bahwa satu jejak kaki di lumpur adalah silsilah

Adalah wasiat, adalah firasat yang tertulis namun hidup di dada

Lalu waktu mengiring kami jauh, bukan bumi yang berpaling

Tapi kami yang berjalan terlalu cepat, hingga lupa diam kami bukan jalan

Tapi tidak sempat membuka jalan pulang di dalam diri sendiri

Satu demi satu, suara menjadi data

Makna menjadi izin

Rimba menjadi gempar dan bahasa terpuyung luruh dari dahan ingat ke jurang

Bahasa lahir dari akar yang tumbuh bersama ketupat dan anyaman

Dari pantang yang dijaga bukan karena takut, tapi karena cinta yang berlapis hormat

Kini terombang-ambing, terasing dari lidah, terkikis dari pasar, terhapus dari suara-suara, terdiam dada yang sunyi

Kini tinggal adalah nyanyian tanpa nada, pantun tanpa sampiran

Sungai yang diam seperti luka lama dan burung-burung yang tak sempat berpamitan

Kami sebut ini kemajuan

Tapi bagaimana bisa langkah maju jika yang ditinggalkan adalah ruh dan jiwa

Kami sebut ini pembangunan

Tapi yang kami bangun ternyata hanya tembok yang memantulkan gema getiran kami sendiri

Hari ini aku menulis bukan sebagai penguasa kata

Aku menulis sebagai anak dari tanah yang tak mengenal suara

Dan aku bertanya dengan gemetar, jika Rimba lenyap di mana lagi bahasa akan bersaung

Jika bahasa hilang dengan apalagi kami mengenal ibu kami sendiri

Sebab bahasa bukan sekedar ucapan

Ia adalah pohon yang diam menulis kata menulis doa

Adalah sungai yang setia pada arah

Adalah semut yang berjalan lurus karena tahu arah asalnya

Kini kami datang bukan hendak menyalahkan, bukan pula meminta kebenaran

Kami datang untuk menunduk menyentuh tanah sekali lagi

Dengan jari yang pelan, dengan dada yang lapang, dengan hati yang siap menyesal

Kami ingin menanam kembali, bukan hanya hutan, tapi pendengaran

Kami ingin menanam kembali malu

Kami ingin menyemai kembali bukan hanya kata, tapi makna

Kami ingin mendengarkan kembali bunyi hujan seperti syair, angin seperti nasehat dan malam seperti dzikir pujangga di bawah pohon tua

Dan bila nanti angin kembali melafal pantun, sungai kembali menyanyikan nama-nama dan burung-burung kembali pulang tanpa takut

Maka dunia tahu bahwa bahasa belum mati dan rimba belum sepenuhnya ditinggalkan

Aku tak berjanji akan kembalikan segalanya, tapi aku berjanji untuk tidak membiarkan kehilangan ini menjadi warisan terakhir bagi anak-anak kami

Sebab Rimba adalah ibu, bahasa adalah tubuhnya dan Melayu adalah ingatan yang hanya hidup jika kita cukup hening untuk mendengarkan kembali

Diketahui dalam KalaMusika 2025 menampilkan Penyair Provinsi Riau dan Kepulauan Riau berkolaborasi.

Acara ini dilaksanakan bersempena dengan peringatan Hari Ulang Tahun ke-68 Provinsi Riau dan HUT ke-80 Republik Indonesia. (adv)

Editor : Mangindo Kayo