MENTAWAI (8/7/2025) - Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Mentawai, akan jadikan tiga pulau besar di kabupaten kepulauan itu, sebagai objek wisata minat khusus. Ketiga pulau itu yakni Pulau Siberut, Sipora dan Pagai.
“Untuk tahun 2026 nanti, kita akan membangun kawasan Geopark Monkey Forest di Dusun Matotonan yang merupakan bagian dari Taman Nasional Siberut (TNS),” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Mentawai, Aban Barnabas.
Aban berkeinginan, semua objek wisata yang ada di Mentawai, akan jadi sumber peningkatan PAD bagi kabupaten Kepulauan Mentawai di masa depan.
“Semkin dilestarikan objek wisata itu, makan akan semakin mensejahterakan masyarakatnya,” ungkap dia.
Aban yang juga putra asli Mentawai berharap, masyarakat untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan objek wisatanya.
Kemudian, memberika kenyamanan dan keramahan terhadap pengunjung yang datang baik wisata lokasi maupun mancaneraga.
“Kita siap menerima masukan dan kritik demi kemajuan,” tukasnya.
Pulau Siberut
Wisata “Monyet Mentawai” ini merujuk pada pengamatan primata endemik di TNS khususnya spesies Bilou (Hylobates klossii) dan Simakobu (Nasalis concolor siberu).
Kedua hewan ini merupakan dua spesies primata endemik langka di dunia.
Selain itu, juga ada Bokkoi (Macaca pagensis), monyet endemik yang aktif di siang hari, ditemukan di hutan bakau, hutan pantai, hutan sekunder dan hutan primer di beberapa pulau seperti Pagai Selatan, Pagai Utara dan Sipora.
Juga ada Lutung Mentawai (Presbytis potenziani siberu) adalah jenis monyet daun endemik Mentawai.
“Di kawasan TNS ini ketika sudah jadi geopark nanti, pengunjung dapat menjelajahi hutan tropis untuk melihat flora dan fauna khas, serta berinteraksi dengan budaya masyarakat lokal di desa adat seperti Kampung Betumonga,” ungkap Aban.
Dengan potensinya ini, terang Abang, Pulau Siberut yang merupakan pulau terbesar di Kepulauan Mentawai, akan dijadikan salah satu lokasi terbaik untuk melihat keanekaragaman hayati endemik.
“Kita berupaya, bagaimana kawasan yang sudah diserahkan 70 hektar itu, tidak ada lagi warga yang membutuhkan monyet-monyet di sana untuk dikonsumsi,” ungkapnya.
“Untuk melindungi monyet-monyet itu, tentunya harus ada ditempatkan petugas di sekitar lokasi,” tambah dia.
Disamping dilestarikan alamnya, terang Aban, geopark ini nantinya juga harus menciptakan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Seperti, membuat pintu gerbang dan pos, dimana akan ada tempat penjualan tiket masuk untuk melihat keindahan alamnya dan beberapa hewan yang ada di dalam hutan tersebut.
Dijelaskan Aban, untuk melihat aktifitas monyet seperti bermain di pohonan, berenang di pantai yang ada di dekat lokasi hutan, kondisinya masih sangat alami.
“Kita akan bangun menaranya sedemikian rupa, agar ada daya tariknya. Karena ini bukan kebun binatang,” tukas dia.
Di Lokasi Matotonan itu nantinya, akan ditata sedemikian rupa seperti adanya area parkir, kafe, penginapan dan lokasi lapak-lapak UMKM.
Dimana, para pejuang UMKM dapat menggelar hasil karyanya dan kuliner asli Mentawai. Juga akan ada penginapan bagi para wisatawan yang mau menginap di lokasi itu.
“Di dalam lokasi hutan, nanti akan dibuat juga tempat tracking bagi wisatawan agar tidak kotor kakinya saat berkeliling. Di pintu keluarnya nanti, akan langsung bertemu dengan sentra UMKM ini,” tukas Aban.
“Dengan ini akan terasa dampak ekonominya bagi pelaku UMKM dan akomodasi disekitar lokasi. Dengan demikian akan ada perputaran uang dan ekonomi masyarakat akan terasa hidup,” tambahnya.
Dengan demikian, akan berdampak pada peningkatan PAD. Dikatakan Aban, semua transaksi juga akan diupayakan bisa secara online. Semua itu tentunya akan tercatat sebagai PAD, masuk ke desa dan masuk juga kepada pengelola.
“Terobosan yang sangat bagus ini, perlu didukung oleh seluruh elemen,” ungkap dia.
Pulau Sipora
Adalah pulau yang lebih kecil dan paling berkembang, serta menjadi lokasi ibu kota Kabupaten Kepulauan Mentawai, yaitu Tuapejat.
Di Pulau Sipora ini, terdapat objek wisata air terjun yang beralamat di Desa Mapetri Sioba.
Lokasi ini, masih memerlukan kelengkapan sarana dan prasarana. Seperti, menara pandang. Juga masih memerlukan perbaikan akses menuju lokasi, parkiran dan lainnya.
“Dengan bagusnya akses, maka akan bisa dilalui kendaraan roda dua,” ungkap dia.
Pulau Pagai
Adalah dua pulau besar di selatan yaitu Pagai Utara dan Pagai Selatan, yang juga menawarkan keindahan alam dan potensi wisata bahari.
Wisata bahari dengan unggulan berselancar (surfing) yang sudah terkenal di dunia, terdapat di Pulau Pagai ini.
Selain ombak berkelas dunia untuk surfing, di Pulau Pagai ini juga tersembunyi keindahan bawah laut untuk wisata menyelam dan snorkeling.
Pengunjung juga bisa menikmati pantai-pantai berpasir putih, melakukan pelayaran mengelilingi pulau, serta menyaksikan terumbu karang yang masih terjaga.
Juga ada beberapa lokasi dan bangunan kuno yang masih dipertahankan masyarakat Mentawai keasliannya.
“Dinas Pariwisata akan berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Dimana, di Sikakap ada Kuburan Tua, yang dikenal Kuburan Agusleb, berlokasi di daerah Nemben dan juga di Slaoina, ada Gereja Tua. Kita akan mengupayakan lokasi itu menjadi lokasi wisata religi,” ungkap Aban.
Selain itu, juga ada beberapa bangunan yang bisa dijadikan Bangunan Cagar Budaya (BCB). Seperti, Gereja Tua dan Pastoran serta lokasi bekas perusahaan kayu PT Minas Pagai Lumber yang juga bisa dijadikan sebuah history pembelajaran monumental.
“Tapi kita harus menjaga kebersihan lingkungan. Tentu ini tidak lepas dari keterlibatan semua. Pihak baik pemerintah, tokoh masyarakat dan masyarakat sekitar,” terangnya.
“Yang paling penting kita harus menciptakan kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung,” tutupnya. (adv)
Editor : Mangindo Kayo