Basarnas Padang Turun ke Ngarai Sianok, Bantu Polisi Cari Potongan Tubuh Bayi

×

Basarnas Padang Turun ke Ngarai Sianok, Bantu Polisi Cari Potongan Tubuh Bayi

Bagikan berita
Personil Basarnas Kelas A Padang turut membantu pencarian potongan tubuh mayat bayi di Ngarai Sianok. (Dok. Basarnas Padang)
Personil Basarnas Kelas A Padang turut membantu pencarian potongan tubuh mayat bayi di Ngarai Sianok. (Dok. Basarnas Padang)

BUKITTINGGI (27/10/2025) — Tim Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kelas A Padang turut dikerahkan dalam operasi pencarian potongan tubuh bayi yang diduga menjadi korban pembunuhan di kawasan Ngarai Sianok, Kabupaten Agam, Minggu.

Pencarian dilakukan setelah polisi mendapat pengakuan dari seorang perempuan yang diduga terlibat dalam kasus tersebut.

Kepala Kantor SAR Padang, Abdul Malik, menjelaskan bahwa permintaan bantuan datang dari pihak Polresta Bukittinggi pada Sabtu malam.

Berdasarkan informasi, potongan tubuh bayi diduga dibuang ke dasar jurang dengan kedalaman sekitar 50 meter.

“Begitu menerima laporan pukul 22.20 WIB, tim rescue Pos SAR 50 Kota langsung diberangkatkan membawa perlengkapan lengkap seperti peralatan mountaineering, medis, dan komunikasi,” kata Abdul Malik, Senin.

Sebanyak tujuh personel Basarnas diterjunkan ke lokasi bersama unsur Polres, BPBD, Potensi SAR 50 Kota, dan masyarakat.

Medan terjal dan minim pencahayaan membuat tim sempat menghentikan operasi sementara pada dini hari dan melanjutkan kembali pagi harinya menggunakan metode High Angle Rescue Technique (HART) untuk menuruni tebing curam.

Sekitar pukul 12.30 WIB, tim akhirnya berhasil menemukan sebagian potongan tubuh korban di dasar jurang.

Setelah dilakukan penyisiran lanjutan, tidak ditemukan lagi bagian tubuh lainnya.

Abdul Malik menyebutkan, operasi diakhiri setelah koordinasi dengan pihak kepolisian pada pukul 12.50 WIB.

“Kondisi medan yang ekstrem menjadi tantangan utama dalam evakuasi ini. Kami berterima kasih kepada seluruh unsur yang terlibat atas kerja sama dan dedikasi mereka di lapangan,” ujarnya.

Selain Basarnas, operasi ini juga melibatkan 10 personel Polres, 7 dari BPBD, 4 Potensi SAR 50 Kota, serta sekitar 15 warga yang membantu di lapangan.

Cuaca di lokasi berawan dengan angin berkecepatan delapan knot, menambah kesulitan selama proses pencarian.

Dengan selesainya proses evakuasi, Operasi SAR resmi ditutup dan seluruh personel kembali ke pos masing-masing.

Sebelumnya misteri penemuan jasad bayi yang terpotong di kawasan Ngarai Sianok, Bukittinggi, akhirnya terungkap.

Pelakunya bukan orang lain, melainkan ibu kandung bayi itu sendiri, seorang perempuan muda berusia 21 tahun berinisial IC.

Kasus ini mengguncang warga setempat bukan hanya karena sadisnya peristiwa, tetapi juga karena kisah getir di balik tindakan sang ibu muda yang terjerat panik dan rasa malu.

Jasad bayi perempuan itu ditemukan warga dalam kondisi terpisah menjadi beberapa bagian di tepi ngarai pada Sabtu.

Potongan tubuh yang ditemukan terdiri atas bagian pinggang hingga kaki, serta tangan kiri dan kepala.

Penemuan itu langsung memicu kepanikan warga dan penyelidikan besar-besaran oleh kepolisian.

“Sudah kami amankan satu orang perempuan. Dari hasil penyelidikan, kuat dugaan pelaku adalah ibu kandung bayi tersebut,” ujar Kapolresta Bukittinggi Kombes Pol Rully Indra Wijayanto.

Awal mula terbukanya kasus ini terbilang tak biasa.

Sebuah daster yang ditemukan di lokasi pembuangan jasad bayi menjadi kunci utama bagi penyidik.

Plt Kasat Reskrim Polresta Bukittinggi, Kompol Anidar, menjelaskan bahwa warga mengenali daster tersebut sebagai milik salah satu perempuan di lingkungan itu.

“Awalnya kami mencurigai tiga orang. Setelah dilakukan pemeriksaan dan visum, diketahui salah satunya baru saja melahirkan,” kata Anidar.

Penyelidikan kemudian mengarah pada IC.

Ia akhirnya mengakui bahwa dirinya melahirkan bayi tersebut di kamar mandi rumahnya pada Kamis.

Saat proses persalinan berlangsung, bayi itu sempat menangis keras.

Tangisan itulah yang membuat sang ibu panik luar biasa.

Takut ketahuan oleh keluarga dan tetangga, Ica kemudian menyiram tubuh bayi yang baru lahir dengan air berkali-kali hingga tangisannya berhenti.

“Pelaku menyiram bayi sampai tangisnya tak terdengar lagi. Setelah itu jasadnya dibungkus dengan daster dan dibuang ke tepi ngarai,” jelas Anidar.

Polisi masih menunggu hasil visum untuk memastikan apakah bayi meninggal karena disiram atau sebab lain.

Dari pemeriksaan, terungkap bahwa Ica hamil akibat hubungan di luar nikah dengan kekasihnya.

Selama mengandung, ia tak pernah berani memberi tahu orang tuanya.

Sebelumnya, ia juga diketahui pernah menikah dan memiliki seorang anak, namun rumah tangganya kandas.

Sejak itu, ia menjalin hubungan baru hingga akhirnya hamil lagi.

“Motif utama pelaku diduga karena takut dan malu,” kata Anidar.

Hingga kini, polisi bersama tim SAR masih melakukan penyisiran di sekitar tepi Ngarai Sianok untuk mencari potongan tubuh bayi yang belum ditemukan, terutama bagian tangan kanan dan badan.

Sementara itu, penyidik masih menunggu hasil visum lengkap untuk memastikan apakah bayi tersebut sengaja dimutilasi atau terpotong karena faktor lain seperti hewan liar.

Tragedi ini menjadi potret kelam dari tekanan sosial terhadap perempuan muda yang menghadapi kehamilan di luar nikah.

Di balik tindakan kejam itu, tersimpan kisah ketakutan dan putus asa yang berujung pada kehilangan nyawa tak berdosa.

Kasus IC menjadi alarm keras bagi masyarakat dan pemerintah untuk lebih memperhatikan edukasi seks, dukungan psikologis, dan ruang aman bagi perempuan menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan agar tragedi serupa tak lagi terulang. (*)

Editor : Pariyadi Saputra