MENTAWAI (29/10/2025) — Setelah tujuh hari menyisir hutan lebat dan perbukitan di Pasikiat Taileleu, tim SAR akhirnya menutup operasi pencarian terhadap Gabui Sarereakek (73), warga yang hilang sejak 19 Oktober 2025.
Meski mengerahkan drone thermal dan tim darat, jejak sang kakek tak pernah ditemukan.
Pencarian besar-besaran ini dimulai pada Rabu (22/10) pekan lalu, setelah laporan kehilangan diterima dari Kepala Desa Pasikiat Taileleu, Johari Sirilotik.
Gabui dilaporkan tidak pulang ke rumah usai berangkat ke ladang pada Minggu sore.
Warga sempat berupaya mencarinya selama dua hari sebelum akhirnya meminta bantuan resmi dari Basarnas Mentawai.
Kepala Kantor SAR Mentawai, Rudi, mengungkapkan, medan pencarian di hutan Taileleu sangat berat.
Vegetasi rapat, jalur sungai licin, serta kontur perbukitan menjadi tantangan utama bagi tim gabungan.
“Kami sudah maksimalkan semua sumber daya dari penyisiran darat, laut, hingga pemantauan udara dengan drone thermal. Namun, hingga hari ketujuh, tidak ada tanda-tanda keberadaan korban,” kata Rudi, Rabu.
Tim SAR bahkan sempat mengoperasikan drone berteknologi pendeteksi panas tubuh untuk memindai area-area sulit dijangkau.
Namun hingga hari terakhir, tak ditemukan sinyal panas mencurigakan.
Operasi yang berlangsung selama tujuh hari ini melibatkan unsur Basarnas Mentawai, TNI-Polri, aparat desa, serta warga setempat.
Setelah rapat evaluasi di Pelabuhan Tuapejat, Selasa sore, operasi resmi dinyatakan ditutup pukul 16.25 WIB sesuai standar SOP.
Rudi menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang turut membantu dan berharap bila muncul tanda-tanda baru, pencarian bisa kembali dibuka.
“Kami turut berduka dan berharap keluarga diberi ketabahan. Jika ada laporan tambahan dari warga, kami siap turun kembali,” ujarnya.
Sebelumnya Upaya pencarian terhadap Gabui Sarereakek (73), warga Desa Pasikiat Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya, Kabupaten Kepulauan Mentawai, kembali dilanjutkan pada Kamis (23/10).
Korban dilaporkan hilang sejak lima hari lalu setelah pergi ke ladangnya di kawasan hutan dan tak kunjung kembali.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Mentawai, Rudi, menyebutkan operasi pencarian kembali digelar setelah pencarian hari pertama belum membuahkan hasil.
“Kami bersama unsur SAR gabungan akan melanjutkan pencarian hari ini dengan memperluas area. Jika cuaca memungkinkan, drone thermal akan digunakan untuk membantu deteksi panas tubuh manusia di area hutan lebat,” ujarnya.
Laporan hilangnya Gabui diterima Basarnas dari Kepala Desa Pasikiat Taileleu, Johari Sirilotik, pada Rabu pagi.
Dari keterangan warga, korban terakhir terlihat pada Minggu sore saat berangkat ke ladang sekitar pukul 15.00 WIB.
Biasanya, ia pulang sebelum malam tiba, namun hingga esok hari tidak kembali.
Warga sempat melakukan pencarian mandiri di sekitar ladang korban, namun hasilnya nihil hingga akhirnya melapor ke Basarnas.
Menindaklanjuti laporan tersebut, tim rescue Kantor SAR Mentawai diberangkatkan menggunakan RIB 02 dari Dermaga Tuapejat menuju lokasi kejadian dengan waktu tempuh sekitar lima jam.
Setibanya di Desa Taileleu, tim langsung berkoordinasi dengan pemerintah desa, keluarga korban, dan masyarakat setempat.
Pada hari pertama operasi, penyisiran dilakukan di sekitar titik koordinat 1°40’53.07”S – 99°5’9.63”E.
Rencananya, pencarian juga akan dibantu dengan drone thermal untuk mendeteksi keberadaan korban di antara pepohonan.
Namun, hujan gerimis dan angin berkecepatan 8–10 knot membuat penerbangan drone belum bisa dilakukan.
“Hingga sore hari kemarin hasilnya masih nihil. Operasi sempat dihentikan sementara pukul 17.25 WIB dan akan dilanjutkan kembali hari ini,” kata Rudi.
Basarnas mengimbau masyarakat sekitar agar ikut membantu dengan memberikan informasi jika menemukan tanda-tanda keberadaan korban.
“Kami tetap berupaya semaksimal mungkin, dan berharap cuaca hari ini lebih bersahabat agar operasi pencarian bisa berjalan optimal,” tambahnya. (*)
Editor : Pariyadi Saputra