Durian Siak, Ditanam Keluarga Sultan Siak Ratusan Tahun Lalu

×

Durian Siak, Ditanam Keluarga Sultan Siak Ratusan Tahun Lalu

Bagikan berita
Seorang pedagang durian di Kampung Agam, Itin, menjelaskan asal mula pohon durian di Kampung Agam yang sudah ditanam keluarga Sultan Siak, sejak jaman penjajahan Belanda. (humas)
Seorang pedagang durian di Kampung Agam, Itin, menjelaskan asal mula pohon durian di Kampung Agam yang sudah ditanam keluarga Sultan Siak, sejak jaman penjajahan Belanda. (humas)

SIAK (23/8/2023) - Durian, populer disebut sebagai King of Fruit alias raja dari segala buah, tumbuh subur di Dusun Durian, Kampung Agam, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak, Riau.

Lokasinya berada di Jalan lintas Dayun-Siak, tidak jauh dari Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, atau dikenal juga dengan nama Jembatan Siak.

Buah yang memiliki nama latin durio zibethinus ini, bisa ditemukan setelah menempuh perjalanan berjarak 11 kilometer dari Kota Siak. Namun, dari Kota Pekanbaru, "Raja Buah" di Asia Tenggara mesti ditempuh sejauh 101 Kilometer atau sekitar 2 jam perjalanan dengan berkendara roda 4.

Durian yang ditanam di Kampung Agam mayoritas durian jenis tembaga. Selain itu, ada pula durian jenis susu dan jengkol. Jenis durian tersebut, memiliki cita rasa manis. Legitnya tak perlu diragukan lagi, bisa ambyar di lidah yang mencicipi.

Seorang pedagang durian di Kampung Agam, Itin menuturkan, konon pohon durian di Kampung Agam sudah ditanam oleh keluarga Sultan Siak, sejak jaman penjajahan Belanda.

Namun, seiring berjalannya waktu, kebun durian di lokasi itu telah berganti-ganti kepemilikannya.

"Pohon durian di sini sudah ada sejak jaman Belanda. Bahkan, umurnya ada yang mencapai ratusan tahun. Awalnya dulu ditanam oleh keluarga Sultan, kini sudah banyak orang lain yang memiliki," ucap Itin, membuka perbincangan, Selasa (22/8/2023) sore.

Dikatakan Itin, harga durian yang dia jual bervariasi, tergantung, bobot dan kualitas durian. Dalam 1 hari dia bersama suami, bisa menjual 20 hingga 30 durian.

"Untuk durian jenis tembaga dengan ukuran besar Rp75 ribu, ukuran sedang Rp50 ribu. Selain itu, ada pula harga Rp45 ribu dan Rp35 ribu. Semakin kecil ukuran durian, semakin murah pula harga yang kami tawarkan," ujarnya.

Perempuan yang juga kerab disapa Itin Tembaga itu, berjualan durian tepat di pinggir jalan lintas Dayun-Siak. Lokasinya berada tidak jauh dari kebun durian miliknya.

Itin juga membolehkan, jika ada pembeli durian yang ingin menikmati durian langsung di kebunnya. Pehobi durian, bisa memandang suasana rimbun dan asri dari sebuah pondok kayu yang dibangun di tengah hamparan kebun durian milik ibu beranak satu itu.

"Di kebun kami ada tujuh pokok (pohon) durian. Panennya satu kali setiap 1 tahun. Saat ini yang sedang panen hanya tiga pokok. 1 pokok durian bisa menghasilkan 300 buah durian. Ada juga yang 100 durian per pokok," ungkapnya.

"Jenis durian di sini bermacam-macam, ada durian tembaga, durian susu, dan durian jengkol," ucap Itin seraya menjelaskan.

Di Kampung Agam, buah berkulit keras, beduri dan berlekuk-lekuk runcing itu sering kali diburu pehobi durian dari daerah jiran, yakni Kota Pekanbaru dan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan. Bahkan ada yang bersambang dari DKI Jakarta.

Pehobi bernama Ridho Ardiansyah mengaku puas, setelah mencicipi durian tembaga di kebun milik Itin. Menurut dia, rasanya manis legit dan berserat. Harga per buah durian relatif sepadan dengan rasa buahnya.

"Rasanya enak, manis, dan legit. Harganya juga paslah, sesuai cita rasa. Tidak menyesal jauh-jauh datang dari Jakarta untuk menikmati durian ini," kata Ridho, ASN yang bekerja di Badan Penghubung Provinsi Riau, di kawasan Jakarta Timur. (*)

Editor : Mangindo Kayo
Tag: