RPJMD PESSEL 2025-2029: Ingin Tahu Program Nagari Mangaji ? Ini Penjelasannya

×

RPJMD PESSEL 2025-2029: Ingin Tahu Program Nagari Mangaji ? Ini Penjelasannya

Bagikan berita
Anggota TPPD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun  2025 (ki-ka): Arif Yumardi, Novrial Bahrun, Saidal Masfiyuddin, Kepala Bapedalitbang Hadi Susilo, Epaldi Bahar, dan Nasral. FOTO: tusrisep
Anggota TPPD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2025 (ki-ka): Arif Yumardi, Novrial Bahrun, Saidal Masfiyuddin, Kepala Bapedalitbang Hadi Susilo, Epaldi Bahar, dan Nasral. FOTO: tusrisep

PESISIR SELATAN (7/5/2025) - Senin 5 Mei 2025 kemarin, Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TPPD) Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), menerangkan, terkait Program Nagari Mangaji.

Pada diskusi tematik ini, OPD yang hadir: Dinas Pendidikan & Kebudayaan, Pemberdayaan Masyarakat Desa Pengendalian Penduduk & Keluarga Berencana, Bagian Kesra Setda, Kemenang, LKAAM, Bundo Kanduang, Camat, dan Wali Nagari (Wali Nagari ikut rapat secara Daring).

2 (Dua) anggota TPPD Pessel --Novrial Bahrun, dan Arif Yumardi--secara bergantian menjadi Nara Sumber, di Aula Bapedalitbang.

Novrial Bahrun, yang bergelar adat Datuak Suri Maharajo, menerangkan: Program Nagari Mangaji bertujuan, meningkatkan pengamalan nilai - nilai religius, berlandaskan filosofi,adat basandi syara', syara' basandi kitabullah, untuk ketahanan budaya.

Dalam program ini, ada dua point penting, yaitu: Agama dan Budaya.

"Di sesi ini, saya akan memaparkan seputar Budaya, dan kaitannya dengan Nagari Mangaji. Sedangkan seputar kaitan dengan Agama, nantinya diterangkan oleh H Arif Yumardi," ucap Novrial Bahrun.

Terkait Budaya, terangnya, ada 3 sasaran yang akan dicapai, dari Program Nagari Mangaji.

Pertama: bagaimana peran Niniak Mamak, Alim Ulama, dan Bundo Kanduang, bisa lebih optimal di masyarakat.

Rencana aksi: mengikutkan dalam kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan. Dan, tersedianya basis data Niniak Mamak, Alim Ulama, dan Bundo Kanduang, di setiap Nagari.

Ke-dua: pelestarian kesenian tradisi. Rencana aksinya: fasilitasi olahraga tradisi pencak silat, randai, pantun adat. Serta, penyelenggaraan ivent budaya secara reguler.

Ke-tiga, Terpeliharanya kerukunan sosial. Rencana aksi: Berfungsinya Forum Silaturahmi antar etnis.

Asal Penamaan Mangaji

Novrial Bahrun mengatakan, kenapa penamaan program ini dipakai kata kerja Mangaji.

Dalam kontek bahasa, kebanyakan orang mengartikan Mangaji ini, adalah membaca kitab suci Alquran.

Padahal, jauh dari makna sebenarnya, mangaji dalam kontek kita di Minang Kabau (sebutan lain Sumatera Barat) ini, sesuai dengan pepatah tadi itu, maknanya adalah kembali ke Surau (Mushola/Masjid).

Di surau itulah, kita Mangaji, dengan komponen yang lengkap, dan komprehensif.

Dimana, bukan hanya membaca kitab suci Alquran saja, tapi juga ada pembinaan karakter.

Semasa kecil saya dulu, pernah menikmati Mangaji di Surau. Di sana belajar membaca Alquran, setelah itu belajar pantun - pantun adat, tata krama, dan malamnya diajak ke sawah berlumpur "mamacah langkah" alias belajar olahraga beladiri pencak silat.

Selanjutnya, juga ikut diajarkan membenahi sawah (belajar bercocok tanam), usai diinjak - injak dalam belajar silat.

"Jadi, rangkaian Mangaji adalah rangkaian yang komplit. Dengan tujuan terbentuknya karakter - karakter para anak," ucap Novrial Bahrun.

Sementara di point AgamaProgram Nagari Mangaji, Arif Yumardi atau lebih akrab dipanggil H Arif Yumardi --anggota TPPD-- selaku Nara Sumber ke dua, menjelaskan, sasaran ditarget:

Pertama: Satu rumah Satu Hafiz. Rencana aksinya, ada Rumah Tahfiz di setiap Nagari (Desa Adat), dan Penyelenggaraan lomba Tahfiz secara reguler.

Ke - dua: Anak usia sekolah wajib bisa baca tulis Al-Qur'an. Rencana aksi, insentif imam dan guru mengaji, adanya kalender mengaji untuk setiap minggunya.

Ke - tiga: Tata kelola Masjid yang baik. Rencana aksi, Pelatihan manajemen Masjid bagi pengurus, Shalat lima waktu, Khatib Jumat terpenuhi, dan pengajian agama rutin.

Pasar Sedekah di Nagari

"Izinkan, saya mungkin disclaimer, karena saya bukan ulama, juga bukan ustad, kebetulan saja saya sebagai salah satu pengurus Masjid, dan pernah beberapa track record mengurus Masjid," ucap Arif Yumardi.

Jadi, dalam konteks Nagari Mangaji, salah satu point implementasinya, selain memakmurkan Masjid, juga dapat dimakmurkan Masjid, hendaknya.

Arif Yumardi menerangkan, saya pernah ke Masjid Jogokariyan, di Jogja. Sebuah Masjid yang berprinsip : Saldo Masjid Harus Nol.

Dimana, Masjid tersebut, sampai bisa menghidupkan UMKM, merehab rumah, ada zakat beras atau pembagian beras pakai kartu ATM.

Potensi ini, kalau kita dorong di Nagari - Nagari dengan Masjid - Masjid di masing - masingnya, saya yakin Pesisir Selatan akan ada perubahan mindset.

"Bagaimana nantinya, ada Pasar Sedekah, di setiap Nagari (Desa Adat). Dan, Masjid yang mengelola," ujarnya.

Karena secara kelembagaan, Masjid ini sudah punya, tinggal bagaimana kepercayaan masyarakat, dan ini memang harus digalakkan lagi.

"Dan, Masjid, nantinya bisa dijadikan, salah satu implementasi dari Nagari Mangaji," ucap Arif Yumardi.

Kesimpulan, perlu kolaborasi dan kerjasama antar stakeholder untuk mewujudkan program ini, agar dapat berjalan sebagaimana mestinya.

"Inilah perlunya kita mengadakan pemaparan pemahaman terkait Program Nagari Mangaji ini. Untuk mendengarkan tanggapan, serta sumbang saran dari OPD, Camat, Wali Nagari, dan tokoh masyarakat," papar Arif Yumardi.(tsp/tsp)

Editor : Tusrisep