"Di Mana Cindy?" - Jeritan Hati Gilang, Korban Selamat Tragedi Glamping Maut

×

"Di Mana Cindy?" - Jeritan Hati Gilang, Korban Selamat Tragedi Glamping Maut

Bagikan berita
Dok. Polsek Lembah Gumanti
Dok. Polsek Lembah Gumanti

Padang (12/10/2025) – Pertanyaan sederhana “Di mana Cindy?” menjadi kalimat yang terus diucapkan Gilang Kurniawan (28), satu-satunya korban selamat dalam insiden tragis “Glamping Maut” di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Hingga kini, ingatan Gilang masih terputus sejak peristiwa nahas itu merenggut nyawa istrinya, Cindy Desta Nanda (28).

Gilang dirawat intensif di ruang High Care Unit (HCU) Semen Padang Hospital (SPH) sejak Kamis (9/10/2025).

Ia ditemukan tak sadarkan diri di kamar mandi tenda glamping bersama Cindy yang dinyatakan meninggal dunia di lokasi kejadian.

Insiden memilukan ini diduga akibat keracunan gas karbon monoksida dari pemanas air berbahan elpiji 12 kilogram yang diletakkan di bawah lantai kamar mandi tanpa ventilasi.

Diduga kuat, pasangan muda itu tidak sempat menyelamatkan diri saat gas memenuhi ruangan.

Humas SPH, Rizki Febriela, mengatakan kondisi Gilang kini berangsur stabil.

“Pasien sudah sadar dan berada dalam pemantauan intensif. Namun proses pemulihan masih terus berjalan,” ujarnya, Minggu.

Meski secara fisik membaik, Gilang mengalami kebingungan dan kehilangan memori jangka pendek.

Ia bahkan tidak mengingat momen pemakaman istrinya sendiri.

“Gilang tidak ingat kejadian saat di glamping. Bahkan saat kami sampaikan ia sudah ke pemakaman, melihat Cindy untuk terakhir kali—semua itu tidak ia ingat,” kata sang kakak, Mike Erda (39), dengan suara berat.

Yang masih jelas di ingatan Gilang hanyalah momen bahagia pernikahan mereka pada 3 Oktober 2025 dan resepsi kedua di Gedung Serbaguna Semen Padang, dua hari setelahnya. Selebihnya, semua samar.

“Setiap bangun, pertanyaan yang keluar selalu ‘Di mana Cindy?’ Kami keluarga tidak tega, tapi juga bingung bagaimana harus menjawabnya,” tutur Mike.

Kisah cinta Gilang dan Cindy seharusnya menjadi awal baru kehidupan rumah tangga mereka.

Namun, liburan romantis di tenda glamping itu justru berakhir duka.

Cindy menghembuskan napas terakhir dalam pelukan sunyi, sementara Gilang kini berjuang menyatukan ingatannya yang hilang.

Pihak kepolisian masih menyelidiki penyebab pasti insiden ini.

Fokus penyelidikan antara lain instalasi pemanas air dan kelayakan fasilitas glamping yang disebut tidak memiliki sirkulasi udara memadai.

Dugaan kelalaian menjadi perhatian serius aparat.

Sementara itu, keluarga besar Gilang hanya bisa berharap pemulihan fisik dan mentalnya berjalan lancar.

“Yang kami khawatirkan bukan hanya lukanya, tapi trauma yang akan terus membekas,” ucap Mike pelan.

Tragedi ini sekaligus menjadi peringatan tentang pentingnya standar keamanan penginapan wisata, terutama fasilitas pemanas air berbahan gas yang rawan memicu keracunan jika tidak dilengkapi ventilasi memadai.

Berita sebelumnya, tragedi maut di penginapan glamping kawasan wisata Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, menguak fakta mengejutkan.

Lokasi penginapan bernama Lakeside itu ternyata belum memiliki izin usaha lengkap sebagaimana diwajibkan untuk tempat wisata.

Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja (DPMPTSPTK) Kabupaten Solok, Aliber Mulyadi, menyebutkan hasil pengecekan menunjukkan Lakeside hanya mengantongi Nomor Induk Berusaha (NIB) yang terdaftar di oss.go.id.

“Untuk izin-izin lainnya, Lakeside tidak memiliki,” ujar Aliber.

Menurutnya, izin penting yang belum dipenuhi mencakup IMB (Izin Mendirikan Bangunan), izin operasional, dan izin Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR).

Padahal, tanpa dokumen tersebut, secara hukum Lakeside belum sah beroperasi sebagai tempat usaha wisata.

“Harusnya dengan beberapa izin yang tidak dimiliki ini, Lakeside belum bisa beroperasi,” tegas Aliber.

Pemkab Solok berencana segera mengambil langkah tegas.

Aliber menyebutkan, persoalan pelanggaran izin tersebut akan dibahas bersama pimpinan daerah.

“Nanti dibicarakan kepada pimpinan, kepada Pak Bupati, Wakil Bupati, dan Sekda. Senin pastinya,” ujarnya.

Sebelumnya tragedi bulan madu berujung maut di kawasan wisata glamping Danau Diateh, Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar), mengungkap sisi lain dari maraknya pembangunan tak berizin di kawasan wisata alam.

Sepasang pengantin baru, G (28) dan CDN (28), ditemukan tak sadarkan diri di dalam kamar mandi glamping.

CDN dinyatakan meninggal dunia, sedangkan Gilang dalam kondisi kritis.

Mereka diduga keracunan karbon monoksida yang berasal dari tabung gas elpiji berukuran 12 kilogram yang dipasang di dalam kamar mandi tanpa ventilasi.

Peristiwa ini memicu perhatian publik karena lokasi glamping tersebut ternyata berada di sempadan Danau Diateh dan tidak memiliki izin resmi pembangunan.

Hal itu diungkapkan langsung oleh anggota DPRD Solok dari Fraksi Gerindra, Hafni Hafiz, yang menyebut tempat tersebut masuk dalam kategori reklamasi kawasan danau.

“Bangunan penginapan itu tidak punya izin dan berdiri di atas danau. Ini sudah masuk kategori reklamasi,” tegas Hafni.

Ia menyebut, Panitia Khusus (Pansus) reklamasi Danau Diateh sudah merekomendasikan penertiban bangunan sejak sebulan lalu.

Namun, hingga kini belum ada tindakan tegas.

“Kami sudah minta penertiban. Kawasan ini kewenangan Balai Wilayah Sungai (BWS), tapi sikap tegas belum ada,” ujarnya.

Tragedi ini juga menyoroti minimnya standar keamanan di lokasi wisata.

Penempatan tabung gas dan water heater di dalam kamar mandi tertutup tanpa ventilasi dinilai sebagai bentuk kelalaian serius.

“Kami minta aparat kepolisian mengusut tuntas dan transparan. Ini menyangkut nyawa orang. Masak tabung gas diletakkan dalam kamar mandi,” tegas Hafni.

Sementara itu, pihak kepolisian tengah melakukan penyelidikan terkait penyebab pasti kematian korban serta menelusuri legalitas pengelola glamping.

Petugas juga memeriksa sejumlah saksi dan mengamankan barang bukti dari lokasi kejadian.

Danau Diateh selama ini dikenal sebagai salah satu destinasi wisata favorit di Solok dengan pemandangan alam yang memukau.

Namun, kasus ini memunculkan pertanyaan besar mengenai pengawasan izin dan standar keamanan penginapan wisata di kawasan tersebut.

Sebelumnya suasana bulan madu pasangan pengantin baru asal Kota Padang berubah menjadi duka mendalam.

CDN, perempuan muda yang baru menikah, ditemukan meninggal dunia di kamar mandi sebuah penginapan glamping di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Kamis (9/10/2025) pagi.

Hasil pemeriksaan medis awal tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban.

Informasi ini disampaikan Kapolsek Lembah Gumanti, AKP Barata, setelah visum luar dilakukan oleh tim medis Puskesmas Alahan Panjang.

“Korban tiba di puskesmas sudah dalam keadaan meninggal dunia. Dari hasil visum luar, tidak ada tanda kekerasan,” ujar AKP Barata, Sabtu.

Sementara itu, sang suami, Gilang Kurniawan, ditemukan dalam kondisi kritis di lokasi yang sama.

Ia sempat mendapat perawatan di RSUD Solok, lalu dirujuk ke Padang untuk perawatan intensif.

Pasangan ini diketahui datang ke Alahan Panjang untuk berlibur sejak Rabu (8/10/2025).

Rencana otopsi sempat muncul untuk memastikan penyebab kematian korban, namun dibatalkan oleh pihak keluarga.

“Awalnya keluarga setuju, tapi kemudian menolak. Itu hak mereka,” kata Barata.

Meski sejumlah dugaan sempat beredar, termasuk kemungkinan keracunan gas, polisi belum bisa menyimpulkan penyebab pasti kematian CDN.

“Tanpa otopsi, akan sulit memastikan penyebabnya,” tegas Barata.

Pihak kepolisian kini masih melakukan penyelidikan dengan memeriksa saksi dan mengumpulkan barang bukti di lokasi kejadian.

Hingga saat ini, keluarga korban juga belum membuat laporan resmi ke kepolisian.

Kasus ini menyisakan tanda tanya besar.

Di tengah keindahan panorama Alahan Panjang yang biasanya jadi destinasi wisata romantis, kini tersisa misteri kematian seorang pengantin baru yang tak terjawab.

Sebelumnya rencana bulan madu pasangan muda asal Padang berubah menjadi tragedi memilukan.

GK (28) dan istrinya, CDN (28), ditemukan tak sadarkan diri di kamar mandi sebuah penginapan glamping di Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat (Sumbar).

CDN dinyatakan meninggal dunia, sementara G masih berjuang di ruang perawatan.

Pihak keluarga mengungkapkan bahwa G didiagnosa mengalami keracunan karbon monoksida, berdasarkan pemeriksaan medis di RSUD Arosuka dan Semen Padang Hospital (SPH).

“Diagnosanya keracunan karbon monoksida. Ini hasil tim medis dari RSUD Arosoka, dan hasil di SPH juga sama,” ujar kakak Gilang yang enggan disebut namanya, Jumat malam.

Dugaan kuat, racun itu berasal dari penggunaan water heater berbahan gas elpiji di dalam kamar mandi.

Keluarga mengaku menerima foto kondisi kamar mandi tempat pasangan itu ditemukan.

Dalam foto, tabung gas 12 kilogram tampak berada di bawah dekat kloset, sementara ventilasi hampir tidak ada.

“Water heater dan tabung gas ada di dalam kamar mandi, tidak ada ventilasi. Kondisinya memang seperti itu,” ungkapnya.

Sementara itu, hasil visum luar terhadap jenazah CDM menyatakan tidak ada tanda-tanda kekerasan.

Keluarga memutuskan tidak melanjutkan ke proses autopsi.

Kapolsek Lembah Gumanti, AKP Barata Rahmat Sukarsih, menyatakan pihaknya masih berhati-hati dalam menarik kesimpulan.

“Kami tidak bisa menduga atau menyimpulkan penyebab kematian. Itu hanya bisa dipastikan lewat autopsi. Saat ini kami masih mengumpulkan data dan menunggu laporan resmi,” katanya.

Sebelumnya, sebuah penginapan di kawasan Alahan Panjang, Kabupaten Solok, mendadak menjadi pusat perhatian warga pada Rabu (8/10/2025) lalu.

Sepasang tamu ditemukan tak sadarkan diri di kamar nomor 02. Seorang perempuan dinyatakan meninggal dunia, sementara seorang pria masih berjuang dalam kondisi kritis.

Dari data yang didapat, pasangan tamu tersebut, berinisial GK dan CDN, tercatat datang ke penginapan sekitar pukul 13.25 WIB dan langsung masuk ke kamar usai memesan.

Aktivitas keduanya malam itu masih terpantau normal.

Sekitar pukul 19.00 WIB, seorang karyawan penginapan sempat mengantarkan pesanan makanan dan air mineral ke kamar tersebut.

Keesokan paginya, pukul 07.15 WIB, karyawan kembali mengantarkan sarapan dan mendengar suara pria dari dalam kamar.

Namun, setelah ditunggu sekitar 20 menit, tidak ada tanda-tanda pintu akan dibuka.

Kondisi ini membuat karyawan curiga.

Tak lama kemudian, pukul 07.30 WIB, upaya pengantaran ulang juga tak membuahkan hasil.

Setelah berkoordinasi dengan pengelola, karyawan akhirnya membuka pintu kamar dengan izin staf.

Ketika diperiksa, pasangan tersebut ditemukan tergeletak tak sadarkan diri di dalam kamar mandi.

Pihak penginapan segera memberikan pertolongan pertama menggunakan oksigen (OXYCAN) sebelum membawa keduanya ke Puskesmas Alahan Panjang.

Namun, nyawa CDN tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia pukul 08.35 WIB.

Sementara GK dirujuk ke RSUD Arosuka dalam kondisi tidak sadar.

“Kasus ini masih kami selidiki. Pihak keluarga korban perempuan menolak dilakukan autopsi dan telah mengikhlaskan kepergian anaknya,” kata Kapolsek Lembah Gumanti AKP Barata Rahmat Sukarsih, Jumat.

Pihak kepolisian telah mengamankan sejumlah barang bukti dari kamar dan melakukan olah TKP untuk mengungkap penyebab pasti peristiwa tragis tersebut.(*)

Editor : Pariyadi Saputra