"Di Sangir kita punya banyak wisata alam air terjun, Goa Batu Kapal di Sangir Balai Janggo. Ada pula Rumah Gadang Panjang Abai di Sangir Batang Hari yang baru saja dinobatkan sebagai situs sejarah terpopuler dalam ajang Anugrah Pesona Indonesia," tamnbah dia.
Kemudian, Muzni juga berharap pada Festival SRG yang kedua ini, mereka dapat memperkenalkan semua budaya lama kepada seluruh masyarakat. "Festival SRG ini adalah wadah untuk menampilkan kembali budaya adat istiadat lama yang dulu dilaksanakan pendahulu kita dengan sangat sempurna sekali," kata Muzni.
Sebelum pembukaan, Muzni bersama pemuka masyarakat mulai dari para "Raja nan Barampek," penghulu, ninik mamak, alim ulama, perwakilan pemerintah provinsi, perangkat daerah dan tokoh masyarakat berjalan dari gerbang kawasan SRG. Mereka disambut dengan beraneka tarian, penampilan silat tradisi, nyanyian dengan diiringi musik rebana, rabab dan lain-lain.
Rombongan kemudian naik ke Rumah Gadang Tigo Lareh, dimana acara pembukaan dilaksanakan. Sebelum Muzni membuka festival ini, mereka juga makan bajamba secara adat. Di mana sebelum dan sesudah makan diselingi dengan pidato adat atau sambah kato. Barulah setelah itu bupati secara resmi membuka Festival Seribu Rumah Gadang (SRG).
Selama Festival ini, kawasan SRG disulap dengan suasana masa lampau. Gemerlap lampu obor dari karambia tekong (tempurung kelapa, red) membuat pengunjung bernostalgia dengan nuansa malam masa dulu. Sepanjang jalan ada lima titik musik tradisi dan lima titik silat yang digunakan untuk menyambut para tamu yang datang.
Sabtu (23/3/2019) siang, festival budaya itu dilanjutkan dengan penampilan ragam pawai alegoris seperti maarak bungo lamang dan sebagainya.
Editor : Devan Alvaro