Wahid juga mengapresiasi para pemimpin sebelumnya, yang telah berkontribusi dalam membangun Riau. Dalam periode kepemimpinannya 2025-2030, ia menegaskan, merupakan fase awal dari RPJMD Riau, yang akan menjadi dasar bagi pembangunan jangka panjang.
”Transformasi yang dilakukan harus berkelanjutan agar selaras dengan visi Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, pembangunan Riau harus sejalan dengan visi dan misi presiden,”ungkapnya.
“Riau sendiri, telah menetapkan Perda No 4 Tahun 2024 tentang RPJMD, yang akan menjadi pedoman dalam perencanaan pembangunan dan diselaraskan dengan RPJMN,” tambah Wahid.
Dikesempatan tersebut, Wahid memaparkan berbagai persoalan yang masih dihadapi Riau, di antaranya belum optimalnya transformasi pembangunan, kondisi jalan yang rusak serta tata kelola pemerintahan yang masih perlu perbaikan, termasuk peningkatan disiplin pegawai.
Selain itu, ia menekankan pentingnya pengelolaan budaya Melayu sebagai identitas daerah. Visi misinya adalah menjadikan Riau sebagai daerah yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya Melayu.
Ia juga menegaskan komitmennya, untuk menekan angka putus sekolah di Riau, termasuk dengan menyediakan seragam gratis bagi siswa SMA.
Selain itu, Wahid berencana membentuk Forum Riau Investment untuk menarik investasi dengan memangkas birokrasi.Persoalan infrastruktur seperti jalan rusak, banjir dan sampah juga jadi prioritas, yang menurutnya memerlukan perhatian khusus dalam penganggaran.
Sebagai langkah awal kepemimpinannya, Wahid mengaku, telah melakukan rapat pembahasan struktur APBD dan menemukan bahwa anggaran Riau mengalami defisit Rp2,2 triliun.
“Saya sudah pimpin rapat perdana dengan TAPD. Ternyata APBD kita defisit Rp2,2 triliun, semoga bisa selesai, cari solusi,” terangnya.
Editor : Mangindo Kayo