Ihpan juga menyoroti pentingnya perhatian terhadap isu stunting. Ia menjelaskan bahwa stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dalam jangka waktu lama, yang berdampak pada pertumbuhan anak, terutama tinggi badan yang lebih rendah dari standar usianya.
Kekurangan gizi ini biasanya terjadi sejak janin dalam kandungan hingga usia dua tahun (1.000 HPK). Berdasarkan data e-PPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) Februari 2025, prevalensi stunting di Pasbar tercatat sebesar 13,3%, setara dengan 4.574 balita.
Sementara, Estate Manager PT Agrowiratama, Susanto menyampaikan, pihaknya mendukung program pemerintah karena meyakini bahwa pemerintah saat ini memiliki visi, misi dan program yang jelas untuk penanggulangan kemiskinan, penurunan stunting, dan penghapusan kemiskinan ekstrem.
“Dengan metode penyajian data yang jelas, proses verifikasi dan validasi terbuka di lapangan, serta keterbukaan dalam berbagi data, kami percaya program ini akan semakin transparan dan berdampak positif bagi masyarakat,” ujar Susanto.
PT Agrowiratama, lanjutnya, berkomitmen untuk meningkatkan anggaran pada masa mendatang agar program ini dapat memberikan dampak maksimal setelah evaluasi dilakukan.
KolaborasiPlt Kepala Bappelitbangda Pasaman Barat, Ikhwanri mengajak seluruh pihak, termasuk perusahaan kelapa sawit, perbankan, Baznas, dan perusahaan swasta lainnya, untuk turut serta dalam penanggulangan kemiskinan dan stunting di wilayah tersebut.
“Kita berharap semua pihak dapat berperan aktif dalam upaya pengentasan kemiskinan serta percepatan penurunan stunting di Pasaman Barat. Karena pekerjaan mulia ini harus dilaksanakan secara gotong royong agar hasilnya lebih optimal,” pungkas Ikhwanri. (*)
Editor : Mangindo Kayo