Dentuman Meriam Batuang Tandai FPM #2: Ruang Perempuan, Budaya dan Masa Depan di Rumah Gadang

×

Dentuman Meriam Batuang Tandai FPM #2: Ruang Perempuan, Budaya dan Masa Depan di Rumah Gadang

Bagikan berita
Wako Padang Panjang, Hendri Arnis bersama Femmy dari Budaya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Sumatera Barat Kementerian Kebudayaan RI dan jajaran, foto bersama usai pembukaan FPM #2, Sabtu. (humas)
Wako Padang Panjang, Hendri Arnis bersama Femmy dari Budaya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Sumatera Barat Kementerian Kebudayaan RI dan jajaran, foto bersama usai pembukaan FPM #2, Sabtu. (humas)

Pembukaan festival semakin semarak, dengan penampilan puisi naratif “Padusi di Rumah Gadang” oleh Kurniasi Zaitun, dipadukan dengan tarian Minangkabau, pertunjukan seni, hingga peragaan busana tradisional dari Qytara Handycraft.

Hadir pula berbagai penampilan dari kelompok seni lokal seperti Komunitas Paninjauan Saiyo (gandang tasa), Seni Pituah Aguang (pasambahan), Terkenal Ensemble dan Combo Band Diafora (musik), serta Marakik Aso (tambua tansa).

Dengan kolaborasi lintas sektor, termasuk dukungan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas Pariwisata, Dinas Perpustaan dan Pengarsipan Kota Padang Panjang, Festival Pamenan Minangkabau #2 bukan hanya panggung seni, tapi juga ajang pelestarian nilai-nilai Minangkabau yang hidup, tumbuh dan diwariskan melalui seni dan permainan tradisional.

“Festival ini menjadi penanda kuat bahwa di tengah arus modernisasi, Padang Panjang tetap berdiri kokoh sebagai kota budaya, tempat perempuan dan pemuda diberi ruang untuk bicara melalui karya dan tradisi,” tambah Afrizal Harun.

Pembukaan acara ini turut dimeriahkan dengan penampilan pembacaan puisi naratif berjudulPadusi di Rumah Gadangoleh Kurniasi Zaitun.

Puisi tersebut dibawakan secara kolaboratif dan apik, dipadukan dengan tetarian Minangkabau.

Bergaya dalam Basah

Yang tak kalah menarik adalah penampilan peragaan busana bertema "Bergaya dalam Basah" dibawakan Qytara Handycraft.

Kota Padang Panjang yang nyaris tak pernah benar-benar kering, jas hujan bukan lagi sekadar pelindung tubuh dari basah. Ia telah menjadi bagian dari ritme harian, gaya hidup, bahkan potensi artistik.

Dari realitas itulah, Desra Imelda menghadirkan karya busana jas hujan, sebuah eksplorasi kreatif terhadap fungsi jas hujan sebagai medium ekspresi gaya.

Editor : Mangindo Kayo
Bagikan

Berita Terkait
Terkini