Total pengunjung mencapai 15.555 orang, menunjukkan tingginya minat masyarakat. Pada hari pertama, 7 Agustus 2025, tercatat 1.022 orang hadir. Angka ini melonjak tajam pada hari kedua, 8 Agustus, dengan 2.768 pengunjung.
Puncak keramaian terjadi pada Sabtu, 9 Agustus, di mana 9.875 orang memadati area pameran. Mereka datang untuk menyaksikan secara langsung mahkota, pin, dan pedang yang menjadi simbol kebesaran Kesultanan Siak.
Sementara itu, di hari terakhir, 10 Agustus 2025, tercatat 1.890 pengunjung yang masih antusias untuk melihat pameran ini sebelum ditutup.
Roni Rakhmat menjelaskan, data kunjungan tersebut membuktikan kuatnya daya tarik budaya Melayu sebagai destinasi wisata.
Lebih dari sekadar daya tarik wisata, acara ini juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat.
“Angka tersebut merupakan bukti bahwa budaya Melayu menjadi daya tarik yang kuat untuk mendatangkan wisatawan,” ungkapnya.
Acara ini berhasil menciptakan perputaran uang yang fantastis. Di 80 stan UMKM dan ekonomi kreatif (ekraf) yang berpartisipasi, tercatat perputaran uang mencapai Rp788,65 juta.“Jumlah ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata dan budaya memiliki potensi besar untuk menggerakkan perekonomian lokal,” ujar Roni.
Keberhasilan Pekan Budaya Melayu Serumpun ini tak lepas dari kerja keras seluruh pihak yang terlibat.
Acara ini dimeriahkan 1.066 pelaku seni yang menampilkan berbagai pertunjukan, mulai dari tari-tarian tradisional, musik khas Melayu, hingga seniman mural yang mempercantik area pameran.
Editor : Mangindo Kayo