Tanaman Endemik Bernilai Ekonomi Mesti jadi Prioritas Hilirisasi, Ini Penjelasan Alex Indra Lukman

×

Tanaman Endemik Bernilai Ekonomi Mesti jadi Prioritas Hilirisasi, Ini Penjelasan Alex Indra Lukman

Bagikan berita
Wakil Komisi IV DPR RI, Alex Indra Lukman saat dialog dengan stakeholder Kratom di Pontianak, usai menghadiri ekspor Kratom ke India, Selasa. (humas)
Wakil Komisi IV DPR RI, Alex Indra Lukman saat dialog dengan stakeholder Kratom di Pontianak, usai menghadiri ekspor Kratom ke India, Selasa. (humas)

PONTIANAK (1/10/2029) - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Alex Indra Lukman menilai, tanaman endemik khas Indonesia seperti Kratom di Kalimantan dan Gambir di Sumatera Barat, jadi prioritas utama hilirasi dan industrialisasi yang tercatat sebagai urutan kelima Asta Cita Presiden Prabowo.

“Tadinya, saya pikir, kehadiran rombongan Komisi IV DPR RI ke Kalimantan ini, tak sekadar menyaksikan ekspor Kratom. Bayangan saya, kehadiran kami untuk ikut menyelesaikan berbagai perdebatan dalam upaya ekspor tanaman herbal ini,” terang Alex dalam pernyataan tertulis, Rabu.

Hal itu disampaikan politisi Fraksi PDI Perjuangan DPR RI itu, usai menghadiri ekspor tanaman Kratom (mitragyna speciosa) sebanyak 343,5 ton atau senilai Rp15,4 miliar ke India, melalui Pelabuhan Dwikora Pontianak, Selasa (30/9/2025).

Di momen dialognya dengan stakholder Kratom di Provinsi Kalimantan Barat, Alex kemudian merefleksikan Gambir yang jadi tanaman endemik di Provinsi Sumatera Barat.

Sejak tahun 2000-an lalu, ungkapnya, Gambir asal Sumatera Barat telah memasok 85 persen kebutuhan dunia.

Pasokan Gambir untuk kebutuhan dunia tersebut, ungkap dia, diproduksi petani dari dua daerah saja di Sumbar, yakni Kabupaten Limapuluh Kota dan Pesisir Selatan.

“Sayangnya, hilirisasi dari gambir berupa Katekin, sampai sekarang masih belum mampu kita hasilkan. Padahal, katekin sangat dibutuhkan industri kosmetik dan farmasi, yang notabene memiliki nilai jual jauh lebih mahal dari sekadar gambir," ungkap Alex.

Jika hari ini hilirisasi Kratom tak diurus secara serius, Alex menilai, nasibnya akan berpotensi sama dengan produk Gambir dari Sumatera Barat.

"Kita masih sibuk bertengkar dengan dampak negatif Kratom, sementara bangsa lain telah sukses dengan produk turunan hasil hilirisasi dan industrialisasi Kratom," tegas Alex yang juga Ketua PDI Perjuangan Sumatera Barat.

Untuk itu, Alex berharap, setiap stakeholder, memanfaatkan riset-riset maupun kajian-kajian yang dilakukan pemerintah dan perguruan tinggi, untuk menutup sisi negatif dari apapun jenis tanaman endemik yang ada di Indonesia.

Editor : Mangindo Kayo
Bagikan

Berita Terkait
Terkini