Padahal, Yap menghadapi resiko yang besar. Dia dari etnis keturunan Cina yang saat itu masih sangat sensitif. Apalagi pembelaannya terkait orang-orang PKI. Dengan atau tanpa alasan mereka yang "berbau" PKI dapat "dibantai" begitu saja.
Kasusnya dapat menguap atau diuapkan tanpa jejak. Namun, kesemua itu, tak membuat Yap surut. Dalam lingkungan yang peka dan penuh ancaman bahaya bagi dirinya, Yap tak mundur selangkah pun untuk terus membela anggota PKI yang sedang berhadapan dengan hukum.
Menurut Yap, yang dibela advokat adalah unsur kemanusiaan dari manusia. Siapa pun yang menjadi terdakwa, dari kalangan mana pun, dari suku bangsa manapun, dari profesi apapun, kalau perlu dibela, harus dibela.
Penjahat seberat apapun, bagi seorang advokat, kalau diminta menjadi avokat, harus rela dan berani membelanya. Jangan takut.
Jangan jadi advokat pengecut.
Seorang advokat dalam menjalankan profesinya, menurut Yap, sudah jamak bakal menghadapi tantangan dan ancaman. Itu biasa.Kode Etik Advokat hanya tidak memperbolehkan seorang advokat menjanjikan kemenangan.
"Kalau Anda mengharapkan kemenangan, jangan menunjukan saya sebagai advokat. Tapi kalau ada menginginkan pelayanan terbaik, bolehlah menunjuk diri saya," kata Yap.
Memang yang boleh dan harus dilakukan advokat ialah memberikan layanan terbaik buat kliennya. Maka kalau Sambo meminta kita atau advokat manapun menjadi pembelanya, kita harus berani menerimanya.
Advokat yang bersedia membela Sambo, bukan berarti setuju perbuatan Sambo. Bukan pula untuk membenarkan tindakan Sambo, apalagi kita menjanjikan "kemenangan" bagi Sambo dan para pendukungnya.