Bagi saya, yang tak kurang menarik adalah, semangatnya untuk kembali ke kearifan lokal Sunda.
KEBANYAKAN orang menyoroti pencitraan yang dilakukan KDM (Kang Dedi Mulyadi), gubernur Jabar, melalui konten-konten di Youtube, TikTok dan Instagram.
Dari perhatian ini kemudian keluar sebutan 'gubernur konten.' Konotasinya tidak selalu positif. Apalagi kata pencitraan sudah kadung diasosiasikan negatif, karena trauma medsos yang disebabkan pembohongan-pembohongan publik pada periode pemerintahan sebelumnya.
Sebenarnya, bagian paling menarik dari konten-konten medsos KDM adalah ungkapan pikirannya tentang kemajuan masyarakat.
Simak apa yang ia sampaikan dalam pidato-pidato resmi maupun setengah resmi. Bagi saya, mind-blowing.
KDM tidak ragu mengkritik pengelolaan keuangan negara yang menyedot dana masyarakat melalui aneka pajak. Tapi masyarakat tidak kunjung sejahtra.
KDM juga mengeritik pengelolaan tata ruang yang tidak bersahabat dengan lingkungan. Ia marah sekali melihat lingkungan dirusak dengan berbagai cara.KDM juga sangat prihatin dengan kemiskinan rakyatnya akibat gaya hidup hedon, minjam uang di bank emok (rentenir), banyak anak dan sebab-sebab lain.
KDM gundah melihat generasi muda yang rusak, tidak hormat kepada orang tua, suka bolos sekolah, suka tawuran, main HP, mengonsumsi obat terlarang, dan lainnya.
Ia tidak melihat masa depan yang baik dari cara hidup remaja. Kegundahan inilah yang ia coba atasi dengan mengirim remaja-remaja bermasalah ke barak militer.