Membangun dan Mengelola Apartemen Berbasis Indonesia Multikultural

Foto Yurnaldi
×

Membangun dan Mengelola Apartemen Berbasis Indonesia Multikultural

Bagikan opini

Ada ukiran itiak pulang patang, yang menyiratkan makna keteraturan dan kedisiplinan dalam berorganisasi dan bermasyarakat. Tanpa disiplin dan keteraturan, tanpa pemimpin yang diikuti secara bersama, sebuah kelompok masyarakat tentulah akan sulit sampai pada tujuannya.

Selain itu ada hikmah lain dari prilaku itik yang menjadi ajaran filosofi: saat lapar berpencar, setelah kenyang berhimpun. Ketika pagi hari, itik keluar kandang mencari makan sendiri-sendiri. Sore hari setelah kenyang, mereka pulang bersama dalam satu rombongan. Bandingkan dengan kelaziman prilaku manusia pada umumnya: saat kesulitan mencari bantuan kepada komunitasnya. Namun setelah meraih sukses, bantuan komunitas mungkin tidak diperlukan lagi. Bahkan, seringkali manusia menikmati sendiri kesuksesannya tanpa berbagi. Ini bertolak belakang dengan prilaku itik dan tak sesuai dengan karakter orang Minang (Yurnaldi, Kembali Marah Rumah dengan Simbol Etnik, Kompas 20 Maret 2007).

Ada ratusan jenis motif ukiran dan motif pada kain songket Minangkabau yang menyimbolkan suatu budaya yang luar biasa, hidup dan tumbuh subur dalam budaya Minang, yang tentu saja ini menjadi hal yang menarik diwariskan dari generasi ke generasi. Belum lagi ukiran dari budaya daerah/etnik lain, yang tentu punya makna tersendiri dan menjadi kekuatan yang membanggakan.

Saya bersama Ady Rosa juga pernah meneliti dan menemukan 160 motif tato Mentawai tahun 1992. Tato Mentawai adalah tato tertua di dunia. Jika motif tato Mentawai ini menjadi salah satu symbol atau elemen pada banguna n apartemen, maka keberagaman budaya Indonesia semakin terpublikasi dan dimaknai dengan penuh rasa cinta dengan budaya sendiri. Motif tato pun kini sudah menjadi motif batik Mentawai. Kain batik motif tato Mentawai itu pun menarik di pajang di dinding kamar atau ruang tamu apartemen, misalnya.

Motif tato suku Mentawai, Sumatera Barat. (sumber foto: http://www.ku2h.com/05151551/tempat-objek-wisata-kepulauan-mentawai/, diunduh 26 Mei 2016)

Itu salah satu strategi menghidupkan budaya Indonesia yang multikultural di apartemen.

Staregi lainnya adalah, jika selama ini pada fasilitas umum/publik di lingkungan apartemen jarang atau hampir tak pernah kita jumpai adanya panggung terbuka, maka konsep hunian apartemen di Indonesia ke depan bisa membuat panggung terbuka. Jika fasilitas ini ada, anak-anak, remaja, generasi muda dari keluarga penghuni apartemen bisa latihan berbagai jenis tarian daerah, baik yang tradisional/kontemporer, maupun yang modern.

Tak hanya bentuk tarian, tapi juga berbagai seni-budaya daerah dalam bentuk lain juga bisa dipentaskan di panggung terbuka itu, seperti teater, seni suara/lagu daerah, kuda lumping, debus, rabab, randai, bahkan wayang. Juga seni sastra dalam bentuk pembacaan puisi, cerita pendek, dan monolog.

Kalau panggung terbuka (out door) atau panggung tertutup (in door) menjadi fasilitas yang bisa dimanfaatkan oleh warga hunian apartemen, maka sosialisasi dan silaturahim antarpenghuni akan menjadi kental.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini