Kasus Sulli menjadi bukti nyata bahwa kurangnya kesantunan dalam berbahasa di dunia maya dapat berakibat fatal.
Ketika kita mengetikkan komentar di media sosial, kita perlu menyadari bahwa di balik layar ada manusia yang memiliki perasaan.
Komentar negatif yang kita lontarkan dapat berdampak pada kesehatan mental orang lain, bahkan dapat berujung pada tindakan yang tidak diinginkan seperti yang terjadi pada Sulli.
Dari kasus Sulli, kita dapat belajar pentingnya menjaga kesantunan dalam berbahasa di media sosial. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menciptakan ruang digital yang positif.
Dengan menggunakan bahasa yang santun dan menghormati, kita dapat membangun komunitas online yang lebih baik.
Selain itu, kasus ini juga menjadi pengingat bagi platform media sosial untuk lebih proaktif dalam menanggulangi ujaran kebencian dan melindungi pengguna dari tindakan cyberbullying.Kesadaran akan pentingnya kesantunan berbahasa dapat ditingkatkan melalui kerja sama berbagai lapisan masyarakat.
Misalnya, kita perlu meningkatkan edukasi di media sosial mengenai pentingnya menggunakan bahasa yang santun, selain itu peran pengajar atau guru sangat penting untuk memberikan pemahaman tersebut kepada pelajar. Penegakan hukum yang tegas juga diperlukan.
Bahasa mencerminkan karakter dan budaya seseorang, sehingga kesantunan merupakan aspek yang sangat penting dalam berbahasa.
Kesantunan berbahasa mengajarkan kita untuk menghargai orang lain, menjaga hubungan sosial yang harmonis, dan menciptakan lingkungan yang positif, terutama di media sosial.