Ketenagakerjaan Sumatera Barat: Antara Optimisme Statistik dan Tantangan Struktural

Foto Muhibbullah Azfa Manik
×

Ketenagakerjaan Sumatera Barat: Antara Optimisme Statistik dan Tantangan Struktural

Bagikan opini

Sumatera Barat mencatatkan dinamika ketenagakerjaan yang kompleks dan menarik sepanjang tahun 2024. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada Agustus 2024, jumlah angkatan kerja mencapai 3,10 juta orang, meningkat 78,60 ribu dibandingkan Agustus 2023.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga naik menjadi 70,28 persen, mencerminkan peningkatan partisipasi penduduk usia kerja dalam aktivitas ekonomi.

Penduduk yang bekerja mencapai 2,92 juta orang, naik 79,83 ribu dari tahun sebelumnya. Namun, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tercatat sebesar 5,75 persen, turun 0,19 persen poin dibandingkan Agustus 2023.

Badan Pusat Statistik (BPS) merinci Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di provinsi ini dari angka rata-rata yang 70,24 persen itu, terdapat variasi antar kabupaten/kota yang signifikan.

Kabupaten Solok Selatan mencatat TPAK tertinggi sebesar 78,25 persen, sementara Kota Padang memiliki TPAK terendah sebesar 62,81 persen.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga menunjukkan disparitas yang mencolok. Kabupaten Kepulauan Mentawai mencatat TPT terendah sebesar 1,33 persen, sedangkan Kota Padang mencatat TPT tertinggi sebesar 11,69 persen.

Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tetap menjadi penyerap tenaga kerja terbesar dengan 29,27 persen, diikuti oleh perdagangan besar dan eceran sebesar 22,81 persen, serta akomodasi dan makan minum sebesar 8,54 persen.

Namun, tantangan struktural masih membayangi. Sebaran pengangguran lebih tinggi di wilayah perkotaan (6,67 persen) dibandingkan pedesaan (4,74 persen), dan TPT perempuan (6,97 persen) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (4,90 persen).

Dalam sektor formal, bidang pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan menjadi penyerap tenaga kerja utama, terutama di wilayah perkotaan. Namun, sektor ini menghadapi tantangan dalam menyerap lulusan baru, terutama yang tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.

Sektor informal, seperti perdagangan kaki lima dan usaha mikro, menjadi alternatif utama bagi banyak penduduk yang kesulitan memasuki sektor formal.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini