Di permulaan perang pada 25 Ramadhan 658 itu, pasukan Hulagu Khan sangat cepat bisa memporak-porandakan pasukan Qutuz. Terutama pasukan sayap kirinya.
Beberapa kali Saifuddin Qutuz menambahkan pasukan cadangan di sayap kiri tersebut, namun sangat cepat bisa dilemahkan oleh pasukan Hulagu.
Akhirnya, Qutuz sendiri yang terjun ke tengah medan pertempuran, melepaskan semua atribut kepanglimaannya, menghunus senjatanya ke arah lawan, mengikhlaskan hati kepada Allah untuk menjemput mati syahid.
Namun ternyata, sikap keberanian tersebut berhasil membalikkan suasana dan mengangkat ruh perjuangan para pasukannya. Sehingga akhirnya mereka berhasil menang dan mengalahkan pasukan kuat Tatar.
Hasil dari perang 'Ain Jalut itu adalah: Bersatunya kembali Mesir dan Syam dalam kekuasaan umat Islam, bangkitnya rasa izzah dan kepercayaan diri kaum muslimin dan melemahnya ekspansi Mongol ke wilayah-wilayah Islam.
Benarlah janji dan pesan Rasulullah SAW, bahwa jihad itulah yang akan memuliakan kaum muslimin.Dan yang mampu (wajib) merealisasikan fatwa tersebut adalah para penguasa yang memiliki perangkat untuk itu. Adapun yang meninggalkannya, pasti akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Swt. Rasul bersabda:
Artinya: "Apabila kalian telah berjual beli dengan cara riba, dan kalian telah disibukkan memegang ekor-ekor sapi dan telah senang dengan bercocok tanam dan juga kalian telah meninggalkan jihad, niscaya Allah akan timpakan kehinaan kepada kalian, yang tidak akan dicabut kehinaan tersebut hingga kalian kembali kepada agama kalian.”
(HR. Abu Dawud No. 3003 dalam kitab Al Buyu’ bab An-Nahyu ‘anil ‘Inah dan Al-Imam Ahmad. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah menshahihkan hadits ini dalam kitab Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah No. 11).