Terancam Gerakan LGBT, Mau Apa Kita?

Foto Emeraldi Chatra
×

Terancam Gerakan LGBT, Mau Apa Kita?

Bagikan opini

Sudah ribuan anak bangsa ini berhasil dihomo dan dilesbikan melalui gerakan LGBT. Kita sedih karena mereka tadinya normal, tapi karena olahan agen-agen gerakan LGBT baik fisik maupun ideologis, mereka menjadi tidak normal.

Lebih menyedihkan lagi, tidak sedikit dari mereka yang sebenarnya anak cerdas, bahkan amat cerdas, berpendidikan bagus, gagah dan cantik, dan berasal dari keluarga kelas menengah. Anak-anak muda harapan bangsa itu sengaja dibidik dan dimanipulasi identitas seksualnya karena diperkirakan akan menjadi kelas menengah baru nantinya, sehingga gerakan LGBT akan berjalan lebih mulus.

Kita sadar, mereka dijerumuskan dan sengaja dijadikan tidak normal. Kita juga ingin mereka berubah, kembali menjadi normal. Sayangnya, itu tidak mudah. Mereka tidak hanya mengalami manipulasi makna organ genital, tapi juga terindoktrinasi dan dicekoki dengan argumen-argumen palsu. Itulah sebabnya ketika kita minta mereka berubah mereka akan mengeluarkan retorika yang sama, karena sudah diajarkan demikian.

Lantas apakah akan berdiam diri membiarkan saja mereka seperti itu?

Tentu saja tidak boleh berdiam diri. Ketika kita berdiam diri para agen-agen LGBT justru makin bersemangat mencari mangsa baru. Mereka punya target dalam bekerja. Anggota kelompok Homosexuals of the United States (HOTUS) diberi kewajiban menggarap tiga orang normal untuk jadi homo guna mencapai target tahunan mereka.

HOTUS juga menargetkan dapat membentuk anggota 11% dari populasi AS. Kelompok homolesbi di Indonesia tentu tidak akan berbeda dengan rekannya di AS sana, karena gerakan LGBT adalah gerakan internasional yang punya satu tujuan, yaitu menguasi dunia melalui kaum homolesbi.

Tidak sedikit beban kerja kita agar kelak kita tidak punya gubernur homo, walikota lesbi, anggota DPR biseks, atau -- bukan tidak mungkin -- punya presiden homo. Semua itu bukan kabar pertakut, tapi sebuah prediksi logis bila jumlah mereka bertambah terus dan berhasil menduduki lapisan menengah dalam strata sosial.

Tidak butuh waktu panjang untuk sampai ke kondisi seperti itu. Mungkin 20 atau 30 tahun lagi sudah terjadi bahkan mungkin bisa lebih cepat. Jangan lupa, kita pernah punya mentri homo, namanya Jop Ave.

***

Ada sejumlah langkah yang ingin saya tawarkan agar kita bisa menghadang gerakan LGBT.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini