Saat Hasrat Berkuasa Mengubah Jiwa: Sindrom Rajjal

Foto Akmal Nasery Basral
×

Saat Hasrat Berkuasa Mengubah Jiwa: Sindrom Rajjal

Bagikan opini

Nabi ternyata tahu, seperti juga seorang sahabat lain bernama Abu Hurairah. Hanya saja Abu Hurairah tidak terlalu yakin akan pengetahuannya, atau lebih tepatnya lagi, hatinya penuh ketakutan karena bisa saja dirinya yang berada di posisi Rajjal.

Penyebabnya adalah sebuah peristiwa bertahun-tahun sebelumnya, ketika mereka masih mengaji bersama. Saat itu di sebuah majelis kajian yang dihadiri Rajjal, Abu Hurairah dan beberapa sahabat lain, Nabi tiba-tiba bersabda, "Sesungguhnya ada di antara kalian yang gigi gerahamnya di neraka lebih besar dari Gunung Uhud."

Kalimat itu terpatri erat di benak Abu Hurairah. Awalnya tidak terlalu mengganggunya karena yang mendengarkan ucapan Nabi itu cukup banyak. Tetapi ketika satu persatu sahabat Nabi yang duduk pada majelis hari itu wafat secara terhormat sebagai pembela Islam, lalu Nabi pun wafat, hanya tinggal dua orang saja yang tersisa: Rajjal dan dirinya.

Abu Hurairah cemas luar biasa jika nubuat Nabi itu ternyata tentang dirinya. Karena kata-kata Nabi selalu terbukti benar. Siapakah yang akan memiliki geraham lebih besar dari Gunung Uhud di neraka nanti? Abu Hurairah semakin dicekam ketakutan yang menyandera. Hatinya baru tenang setelah mengetahui akhir Perang Yamamah, karena ternyata bukan dirinya yang dinubuatkan Nabi, melainkan Rajjal si pemburu kuasa.

Apa pentingnya mengetahui Sindrom Rajjal?

Begini. Misalkan kita pernah tahu ada orang yang dulu begitu semangat berdakwah dan beribadah, tapi kemudian setelah itu bukan saja semangatnya terjun bebas, justru kian kreatif menabur alibi dan justifikasi atas kealiman dirinya di masa silam sembari mengejek orang-orang yang pernah menjadi teman duduknya satu majelis, bahkan kini tak malu-malu lagi menunjukkan hasrat berkuasa meski harus menjual ayat-ayat agama dengan harga yang murah, maka itulah ciri-ciri pengidap Sindrom Rajjal.

Tetapi jangan juga merasa senang. Bisa saja Sindrom Rajjal itu tidak sedang menjangkiti "mereka", orang-orang yang kita kenal. Boleh jadi virus sindrom itu sedang berbiak di dalam diri kita sendiri. Tanpa kita sadari.

Sebab diri kita pun bukan Abu Hurairah, yang setakut-takutnya dia akan terkena nubuwwah nabi, pada akhirnya dia mendapat anugerah dengan mengetahui akhir kehidupan Rajjal bin Unfuwwah -- salah seorang mantan murid Nabi yang menjual jiwanya untuk dunia. Na'udzu billahi min dzalik.

Kepada Allah kita berlindung sepenuh harap, agar kalau pun ada Rajjal-Rajjal baru yang muncul sepanjang zaman, maka orang itu bukanlah kita, keluarga kita, keturunan kita, atau orang-orang yang pernah kita kenal sebagai orang-orang baik dalam lintasan kehidupan kita yang bergerak cepat. [*]

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini