Mahyeldi di sana mengenakan baju warna orange khas warna PKS (partai pengusung Mahyeldi). Sedangkan Audy mengenakan baju warna kuning, khas Golkar.
Ajo Wayoik menambahkan, kalimat "Bestie Salamo e" pada kedua baju yang dikenakan karakter dalam bingkai itu.
Kepada media ini, Ajo Wayoik memaparkan maksudnya menciptakan karikatur seperti itu.
“Saya benar-benar menggunakan senyum asli mereka. Senyum yang menurut saya paling sering tampak dalam video atau foto unggahan mereka. Sehingga senyum itu begitu mudah membuat publik teringat pada keduanya,” sebutnya.
Soal pemilihan warna baju, Ajo Wayoik membenarkan, bahwa itu mewakili partai politik masing-masing.
“Saya sengaja kasih baju kaos, karena sesungguhnya Audy dan Buya Mahyeldi itu akrab tidak hanya dalam kerangka formalitas sebagai gubernur dan wakil gubernur saja.”
“Berkunjung ke lapangan, menghadiri acara non formal, sampai berolahraga berdua mereka jalani. Itu bukti mereka akrab secara pribadi bak dua sahabat. Bukan sekedar guberur dan wakilnya saja,” kata dosen institut Seni Indonesia Padang Panjang ini.Bagi Ajo Wayoik, Pilkada Sumbar lalu telah menorehkan satu tinta emas tentang kedewasaan berpolitik.
“Audy Joinaldy, telah berhasil menunjukkan kedewasaan yang luar biasa. Ia tidak menyerang, tidak mengekspresikan kekecewaan berlebihan dan tidak pula melakukan black campaign kepada Buya, walau tidak mendampingi sahabatnya itu lagi pada kontestasi," sebutnya.
Hal ini adalah tontotan kebaikan dalam berpolitik, ditengah kusutnya situasi perpolitikan nasional.
Editor : Mangindo KayoSumber : Rilis