“Kami hadir disini bukan untuk kami pribadi, tetapi untuk menyuarakan apa yang dirasakan dialami oleh warga Palestina khususnya di Gaza yang ini sangat sulit kondisinya," kata dr Basuki.
“Setiap hari dan setiap waktu, kami mendengar suara drone, ledakan bom dan seringnya ambulans kita melihat ambulans masuk ke kamar jenazah atau ke ruang emergensi rumah sakit dan lalu kami akan bekerja,” ungkapnya.
“Jumlah pasien satu hari bisa, mencapai 1000 pasien di IGD dan operasi 24 jam tidak pernah berhenti. Apa yang kami lakukan sesuai dengan bidang kami masing-masing,” lanjutnya.
Sementara, dr Prita juga menceritakan pengalamannya sebagai dokter spesialis obstetri dan ginekologi.
Ia menceritakan banyaknya kelahiran kembar terjadi di Gaza. Namun di balik itu, angka kelahiran prematur dan tingkat keguguran juga tinggi di Gaza, disebabkan oleh kontaminasi logam berat dan kelelahan yang dialami ibu-ibu di Gaza.
“Seorang kenalan kami memberikan pesan pada saat kami pulang, pesannya adalah ketika kamu sudah melihat kondisi kami yang sebenarnya dengan mata kepala sendiri dan melihat secara nyata, kami berharap suaramu bisa lebih didengar dimanapun kamu berbicara.”
“Mereka akan lebih mengerti karena kamu sudah melihat kenyataan yang sebetulnya tidak melalui media sosial, tidak melalui video,” kenangnya.Senayan Declaration
Sementara itu, Mardani menyampaikan bahwa dalam PUIC 2025 yang akan digelar di Jakarta, 12-15 Mei 2025 mendatang.
Indonesia akan menggaungkan dan mengajak negara anggota OKI bersama menyuarakan kemerdekaan Palestina.
Editor : Mangindo Kayo