Mereka berupaya semaksimal mungkin memberikan kasih sayang dan perawatan yang dibutuhkan.
Namun, takdir berkata lain. Pada Jumat (8/4), kondisi Yuni mulai menurun. Tim medis segera bergerak cepat, memberikan air gula dan elektrolit untuk memulihkan tenaganya.
Kondisi Yuni sempat membaik, memberikan secercah harapan bagi para perawatnya.
Sayangnya, pada sore hari 10 April, kesehatan Yuni kembali memburuk secara drastis.
“Meski telah diberikan infus dan perawatan intensif, Yuni menghembuskan napas terakhirnya pada 11 April 2025 sekitar pukul 05.00 WIB," jelas Supartono.
Untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya, tim medis melakukan nekropsi. Hasil nekropsi awal menunjukkan adanya peradangan pada lambung dan usus.
Sampel organ penting kemudian dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan lanjutan. Salah satu dugaan adalah infeksi Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV), namun hasilnya negatif."Pemeriksaan histopatologi di Institut Pertanian Bogor mengungkap tiga penyebab utama kematian Yuni," papar Supartono.
Pertama, pneumonia dan perdarahan paru-paru yang memicu kegagalan pernapasan.
Kedua, gastroenteritis yang menyebabkan dehidrasi, malnutrisi, ketidakseimbangan elektrolit, dan syok hipovolemik.
Editor : Mangindo Kayo