Selama kegiatan, terang dia, peserta dijadwalkan akan mengikuti kunjungan lapangan ke sejumlah titik penting di kawasan tambang Ombilin dan berdialog langsung dengan masyarakat sekitar.
Diharapkan, keterlibatan masyarakat dalam kegiatan simposium ini, tak menjadikan event ini sekadar forum ilmiah. Melainkan, juga ruang refleksi dan aksi nyata.
“Simposium ini diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan RI dan didukung berbagai lembaga nasional dan internasional yang peduli pada pelestarian situs warisan dunia dan penguatan kapasitas pengelola situs,” ungkapnya.
“Kami berharap, ini akan menjadi penanda bagi pemajuan tata kelola situs warisan dunia,” tambah Sudarmoko.
Selain simposium, juga digelar Festival Tangsi yang akan bercerita tentang sejarah tambang batubara Ombilin. Selanjutnya ada festival rakyat, pameran dan karnaval songket.Peserta nantinya juga akan menikmati pengalaman naik lokomotif uap legendaris E-1060 'Mak Itam,' melintasi rute Kota Sawahlunto ke stasiun Muaro Kalaban dan sebaliknya. Lokomotif ini buatan Hartmann Chemnitz di Esslingen, Jerman, tahun 1965.
Dengan event ini, status OCMHS yang diberikan Unesco tahun 2019 karena nilai universal luar biasa yang dimilikinya sebagai bukti pertukaran teknologi pertambangan antara Eropa dan Indonesia pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 serta contoh luar biasa dari rancang teknologi untuk penambangan batubara, tetap terjaga. (*)
Editor : Mangindo Kayo