Manusia dan Allah

Foto Dr Emeraldy Chatra
×

Manusia dan Allah

Bagikan opini

Bedanya, selama di dunia yang fana ini, kita tidak begitu takut kepada azab Allah. Tapi kelak, setelah dibangkitkan kembali, kita merasa ketakutan setengah mati karena waktu tobat sudah tertutup.

Iman dalam Ontologi

Sains yang kita kenal sekarang, jelas-jelas produk dari sebuah perlawanan terhadap doktrin agama. Teori heliosentris dikedepankan oleh para ilmuwan mempunyai metanarasi melawan otoritas gereja.

Demikian juga teori bumi bulat, teori manusia berasal dari primat-nya Darwin.

Teori keseimbangan populasi – manusia dari Malthus pun, sebenarnya melawan pernyataan ilahiah bahwa setiap makhluk diberi rezeki oleh Allah.

Pertanyaan kita sekarang, apa betul doktrin agama tidak bisa menjadi dasar dari sains dan sains harus menjauh dari agama?

Tugas pertama kita adalah menjawab pertanyaan “Agama yang mana?”

Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus memilih berdasarkan keaslian kitabnya. Umat Islam, pasti paham apa yang saya maksud.

Bahwa Quran mulanya terbungkus tradisi lisan, lalu ditulis dan aksaranya diperbaiki sampai menjadi bentuk yang sekarang mungkin jadi isu penting dalam debat keaslian kitab.

Dalam perspektif postmodernisme, setiap move bahasa ---dari lisan ke tulisan–  akan muncul dekonstruksi.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini