Dampak dari stunting sangat merugikan, karena dapat mengurangi kecerdasan dan produktivitas individu, serta meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit degeneratif di masa depan.
Anak yang mengalami stunting berpotensi mengalami keterlambatan masuk sekolah, kehilangan sejumlah poin IQ (Intelligent Quotient) sebesar 10-15 poin, dan memiliki prestasi akademik yang lebih rendah.
Upaya intervensi gizi spesifik berupa pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan pangan lokal merupakan salah satu stratefi penanganan masalah gizi bada balita.
Upaya peningkatan konsumsi protein hewani pada masa pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) saat anak berusia 6-23 bulan merupakan langkah krusial dalam menyediakan nutrisi yang memadai bagi anak-anak yang sedang mengalami pertumbuhan yang pesat.
Kegiatan PMT tentu perlu disertai dengan edukasi gizi dan kesehatan untuk memastikan pengetahuan, sikap dan perubahan perilaku anggota keluarga terutama orang tua balita dan pengasuh agar dapat menerapkan pola makan sesuai prinsip gizi seimbang yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak.
Edukasi pentingnya pemberian ASI, edukasi dan konseling pemberian makan, kebersihan serta sanitasi untuk keluarga serta stimulasi tumbuh kembang anak termasuk item informasi yang perlu diketahui.
Berbagai penelitian telah menunjukkan korelasi antara stunting dan asupan makanan dari sumber hewan seperti telur, daging, ikan, unggas, serta susu dan produk turunannya.Protein memainkan peran krusial dalam pertumbuhan sel-sel tubuh, terutama selama periode pertumbuhan yang cepat.
Protein dari hewan memiliki kandungan asam amino esensial yang lebih baik dibandingkan dengan protein nabati.
Sebagai contoh, telur merupakan sumber protein hewan yang terjangkau dan mudah ditemukan, telah terbukti efektif dalam mengurangi risiko stunting pada anak kecil.