Satu butir telur mengandung sekitar 6 gram protein berkualitas tinggi, 5 gram lemak, serta berbagai vitamin dan mineral penting seperti vitamin A, D, E, K, selenium, zat besi, fosfor, dan zinc yang mendukung kesehatan secara menyeluruh.
Daging merah, terutama daging sapi, merupakan sumber protein hewan terbaik yang kaya akan protein, asam lemak, dan mineral seperti zat besi, zinc, fosfor, selenium, dan magnesium.
Konsumsi daging sapi juga dapat meningkatkan kemampuan matematika dan aktivitas fisik. Produk susu, seperti susu sapi, mengandung nutrisi penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1), kasein, whey, asam lemak, laktosa, vitamin, dan mineral.
Konsumsi ikan, baik air laut maupun air tawar, juga memberikan manfaat signifikan bagi kesehatan karena kandungan protein berkualitas tinggi, asam lemak omega-3, vitamin, dan mineral penting seperti vitamin D, B12, A, zat besi, selenium, fosfor dan iodin.
Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa memiliki beragam jenis pangan dari sumber hewan memberikan manfaat yang lebih besar bagi pertumbuhan dan perkembangan optimal anak daripada hanya mengonsumsi satu jenis pangan hewan.
Semakin bervariasinya asupan makanan, semakin besar kemungkinan bahwa anak akan mendapatkan semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.Selain itu, konsumsi makanan yang beragam juga meningkatkan keragaman mikroba di usus, yang memainkan peran penting dalam pencernaan dan kesehatan anak-anak.
Indonesia merupakan negara terbesar ketiga di dunia dalam keragaman hayati. Menurut data Badan Ketahanan Pangan tahun 2020 dan Neraca Bahan Makananm tahun 2022, setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbohidrat, 30 jenis ikan, 6 jenis daging, 4 jenis unggas; 4 jenis telur, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis sayuran serta 110 jenis rempah dan bumbu.
Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan pangan lokal sangat terbuka luas termasuk untuk penyediaan pangan keluarga, termasuk untuk perbaikan gizi balita.
Namun demikian, ketersediaan bahan pangan yang beraneka ragam tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan dasar Makanan Tambahan (MT).