Di tengah tekanan dari segala penjuru, kampus swasta perlu berhenti sekadar bertahan. Saatnya menyusun siasat cerdas.
BUKAN perkara mudah menjadi perguruan tinggi swasta hari ini. Di satu sisi, mereka dituntut meningkatkan kualitas dan memenuhi regulasi baru yang ambisius.
Di sisi lain, ruang geraknya makin sempit akibat ekspansi masif PTN dan daya beli masyarakat yang makin lunglai.
Dalam situasi semacam ini, PTS harus berani mendefinisikan ulang peran dan strategi mereka dalam ekosistem pendidikan tinggi.
Pertama-tama, mereka perlu jujur melihat kekuatan dan keterbatasan sendiri. Jika bersaing dalam hal reputasi atau biaya dengan PTN sudah mustahil, maka PTS harus mencari ceruk yang tak tersentuh oleh kampus negeri.
Program studi berbasis keahlian khusus, kolaborasi internasional, serta program sertifikasi profesional bisa menjadi pembeda yang nyata.
PTS yang unggul di bidang desain, agribisnis tropis, hingga manajemen UMKM misalnya, dapat menekankan keunggulan lokal yang tak bisa direplikasi oleh PTN besar.Langkah selanjutnya adalah memperkuat fleksibilitas pembelajaran. PTS yang lincah perlu menawarkan sistem blended learning atau pembelajaran berbasis proyek yang bisa menjangkau mahasiswa sambil mereka bekerja.
Alih-alih terpaku pada jadwal konvensional, kampus bisa mengembangkan sistem modular berbasis kebutuhan dunia kerja.
Pendidikan tinggi tak lagi harus empat tahun, melainkan bisa menjadi rangkaian “learning package” yang dituntaskan sesuai ritme hidup mahasiswa.