Otoritas Politik Dapat Mempengaruhi Perilaku Masyarakat

Foto Suryadi PhD
×

Otoritas Politik Dapat Mempengaruhi Perilaku Masyarakat

Bagikan opini
Ilustrasi Otoritas Politik Dapat Mempengaruhi Perilaku Masyarakat

Begitu juga dengan fenomena seorang yang bernama Jokowi, yang pernah menjadi Presiden Indonesia, yang segala hal tentang asal usul dan keluarganya paling misterius, dan omongan-omongan serta kebijakan-kebijakan politiknya yang serba “blurred” dan terkesan mempraktekkan “ilmu kodok” (bilo takana lansuang malompek), telah menyebabkan terjadinya kekisruhan, keamburadulan, dan perbancuhan politik dari Sabang sampai Merauke.

Apa yang diwariskannya selama 10 tahun memegang tampuk pimpinan Rebublik Indonesia tidak hanya telah membuat keruh kehidupan masyarakat di Jakarta, Jawa Tengah atau di Solo saja.

Tapi, mempengaruhi seantero wilayah negara ini.

Itulah konsekuensi sosial-politik dari sebuah negara yang memakai konsep NEGARA KESATUAN (kursif dengan huruf besar dari saya).

Jadi, poin penting gagasan DIM sebenarnya berada di titik ini: BAGAIMANA MENGUPAYAKAN OTORITAS POLITIK JAKARTA (BACA: JAWA) YANG ABSOLUT MELALUI KONSEP “NKRI HARGA MATI” ITU DAPAT DINEGOSIASI–UNTUK TIDAK MENGATAKAN “DIPOTONG” –AGAR MASYARAKAT MINANGKABAU DAPAT DIBERI KEBEBASAN ATAU DIBERI PELUANG YANG LEBIH LEBAR UNTUK MENATA DIRINYA SENDIRI (kursif dengan huruf besar oleh Suryadi).

“Hak Istimewa” itu, jika sudah didapat, diharapkan akan jadi faktor komplementer yang dapat digunakan, bersama unsur-unsur lain, untuk menata kembali Minangkabau hari ini yang sudah dianggap “rusak” – dirusak oleh berbagai faktor, termasuk faktor politik Indonesia yang bersifat sentralistis dan korup yang sudah berjalan bertahun-tahun, sebagaimana sudah dijelaskan di atas.

Pandangan Dr. Emeraldy bahwa para penggagas DIM adalah “orang Minang[kabau] yang hidup di Rantau, yang umumnya tidak benar-benar paham dengan kondisi masyarakat Minangkabau sekarang ini” terkesan terlalu dangkal.

Orang-orang seperti almarhum Dr. Mochtar Naim, Dr. Syafroeddin Bahar, dll. –bukanlah mereka yang “membenam” di rantau berbilang tahun.

Mereka bolak balik antara rantau dan kampung, dan pernah pula mengabdi di kampung dalam kapasitas mereka sebagai ilmuwan dan intelektual Minangkabau.

Lagi pula, di zaman sekarang transformasi sosial budaya dan politik yang terjadi di kampung dapat dipantau dari rantau melalui berbagai postingan di medsos atau dapat melihatnya dengan mata kepala sendiri dari dekat dengan pulang ke Ranah (Sumatera Barat) secara periodik.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini