Merdeka Belajar, Tapi Tidak untuk Semua

Foto Muhibbullah Azfa Manik
×

Merdeka Belajar, Tapi Tidak untuk Semua

Bagikan opini
Ilustrasi Merdeka Belajar, Tapi Tidak untuk Semua

Sementara itu, Papua Pegunungan hanya 5,1 tahun —bahkan belum menyentuh kelas VI SD.

Lebih miris lagi jika menilik capaian pendidikan penduduk secara keseluruhan.

Hanya 30,85% dari penduduk usia produktif Indonesia yang berhasil menamatkan pendidikan menengah atas (SMA/sederajat).

Sebanyak 24,72% berhenti di jenjang SD, dan 22,79% lainnya tidak melanjutkan selepas SMP.

Ini berarti lebih dari separuh angkatan kerja Indonesia memasuki pasar kerja tanpa keterampilan dasar yang cukup, rentan terjebak dalam sektor informal dan berpenghasilan rendah.

Padahal, anggaran pendidikan terus naik setiap tahun. Pada 2024, dana pendidikan nasional mencapai Rp665 triliun—setara 20% dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sebagaimana diamanatkan konstitusi.

Namun, efisiensi dan orientasi penggunaannya masih patut dipertanyakan.

Data dari berbagai lembaga menunjukkan bahwa lebih dari 60% dana pendidikan digunakan untuk belanja pegawai dan gaji rutin, bukan untuk pembangunan infrastruktur, pelatihan guru di daerah terpencil, atau inovasi pembelajaran di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).

Di wilayah 3T, masalah pendidikan jauh lebih kompleks daripada sekadar jumlah guru atau gedung sekolah.

Ketiadaan listrik, akses jalan yang rusak, minimnya transportasi umum, serta kondisi ekonomi keluarga membuat anak-anak harus memilih antara bertahan belajar atau membantu orang tua mencari makan.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini