Mimpi yang Terlalu Siang: Ketika Dunia Memandang Indonesia Setengah Mata

Foto Muhibbullah Azfa Manik
×

Mimpi yang Terlalu Siang: Ketika Dunia Memandang Indonesia Setengah Mata

Bagikan opini

Indonesia memang memiliki PDB yang besar, tapi itu belum berarti Indonesia adalah kekuatan ekonomi dunia yang setara dengan Jepang, Jerman, atau bahkan Vietnam dalam konteks manufaktur global.

DI RUANG-RUANG konferensi internasional, Indonesia hadir sebagai negara dengan populasi keempat terbesar di dunia, ekonomi yang tumbuh stabil, dan posisi strategis dalam geopolitik Indo-Pasifik.

Namun, ketika para peserta keluar dari ruangan itu dan kembali pada dunia nyata—ke bisnis, diplomasi, atau pertukaran mata uang—Indonesia kembali menjadi negara yang “tidak terlalu penting” dalam imajinasi global.

Fenomena ini tampak jelas dalam dua hal: nilai tukar rupiah yang nyaris tak diakui di banyak negara, dan bahasa Indonesia yang masih jauh dari status bahasa internasional.

Padahal, minat warga asing terhadap Indonesia tidak bisa dibilang kecil. Banyak mahasiswa dari Australia, Jepang, Belanda, hingga Amerika Serikat datang ke Indonesia untuk belajar tentang demokrasi pasca-Orde Baru, pluralisme sosial, Islam politik, ekonomi digital, hingga seni budaya lokal.

Riset-riset asing tentang UMKM, perubahan iklim, atau keberagaman etnis tumbuh subur di jurnal internasional. Program seperti Darmasiswa dan pengajaran BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) juga terus berjalan.

Namun, semua minat itu belum berhasil mengangkat posisi Indonesia dalam struktur kekuasaan global. Dunia tampaknya tetap memandang Indonesia dengan sebelah mata.

Dan itu bukan semata karena dunia tidak adil —tapi karena Indonesia belum cukup kuat untuk meminta perhatian lebih.

Pertama-tama, soal nilai tukar rupiah. Banyak orang Indonesia yang kaget ketika mendapati bahwa rupiah tidak bisa langsung ditukar di banyak negara, bahkan di negara tetangga seperti Thailand atau Korea Selatan.

Ini bukan penghinaan, melainkan cerminan realitas bahwa rupiah belum dianggap sebagai mata uang yang stabil dan bernilai tinggi di pasar internasional.

Tag:
Bagikan

Opini lainnya
Terkini