Mental miskin ini paradox dari agama yang banyak dianut di Indonesia: Islam. Islam mengajar penganutnya punya mental kaya -- suka bersedekah, berinfak, berzakat dan berwakaf -- tapi kenyataannya prilaku umat justru bertolak belakang dari itu.
KEMISKINAN itu bukan hanya soal ada atau tidaknya pekerjaan dan pemasukan. Pekerjaan dan pemasukan/pendapatan itu hanya sebagian dari variabel kemiskinan.
Semua orang lahir dalam keadaan miskin, baju selembar pun tak punya. Tapi ada yang lahir dari keluarga kaya, ada juga yang lahir dari keluarga miskin.
Mereka yang lahir dari keluarga kaya beruntung dapat aneka fasilitas dan kemudahan. Sebaliknya yang lahir dari keluarga miskin mengalami berbagai kesulitan.
Apakah mereka yang lahir dari keluarga kaya juga akan jadi orang kaya? Belum tentu. Banyak yang kemudian jadi miskin. Sebaliknya banyak juga yang lahir dari keluarga miskin kemudian jadi kaya raya.
Dengan demikian ada variabel lain selain pekerjaan dan pendapatan yang menyebabkan orang jadi miskin.
Dua VariabelAda dua variabel lain, yaitu variabel mental dan variabel lingkungan.
Variabel mental berkaitan dengan pandangan hidup dan prilaku seseorang. Ada pandangan hidup dan prilaku yang membuat orang berada dalam status miskin.
Orang yang bermental miskin, sekalipun terlahir dari keluarga kaya, akan jadi miskin. Orang yang hidup di tengah lingkungan yang membenarkan mental miskin itu, akan miskin.