Turun satingkek tanggo adalah seorang laki-laki yang telah menjadi sumando sederajat dengan perempuan yang dinikahinya.
Berarti Adityawrman tadi Raja dengan anak daronya dari Indrapura dan yang kedua itu sebagai Raja Sahari. Maksudnya, marapulai dan anak daro menjadi raja sahari karena di arak-arak sekeliling kampung untuk menggambarkan kepada masyarakat umum bahwa seorang laki-laki telah menjadi orang sumando.
Proses awal dari suatu upacara perkawinan itu disebut marambah jalan. Bagi orang tua yang mempunyai anak gadis merasa punya beban dan tanggung jawab yang berat untuk
mencarikan jodoh dan melaksanakan perkawinan.
Setelah hasil merambah jalan disepakat hati maka diadakan muafakat dengan kaum kerabat di Nagari Inderapura itu yang disebut dengan bilik ketek.
Pada muafakat ini dibahas tentang sesuatu yang diperlukan dalam peralatan sekaligus membicarakan hari yang baik untuk datang meminang.Selanjutnya untuk mengikat tali pertunangan di Inderapura disebut dengan uang hilang, yaitu uang yang diberikan kepada pihak perempuan sebagai tanda berbeda dengan Pariaman.
Setelah sepakat antara pihak laki-laki dan perempuan tentang hari perhelatan, serta persyaratan tersebut. Maka selanjutnya pihak perempuan beserta mamak dan bako atau saudara perempuan dari ayahnya, serta orang yang satu kaum mengadakan mufakat atau rapat lagi yang membahas tentang bahan-bahan yang dibutuhkan.
Pada saat perhelatan di Inderapura disebut bilik gadang. Waktu pelaksanaan ini ditentukan pada saat kedua belah pihak, yaitu pihak laki-laki dan pihak perempuan berunding atau rapat.
Waktu rapat ini menentukan hari kapan dilangsungkannya pernikahan dan acara pesta perkawinan atau beralek. Di sana itu diberikan tanda bahwa perempuan telah dipinang dengan memberikan bisa berupa uang ataupun barang beralek.
Editor : VN-1Sumber : YouTube Mulifa Channel