Sehingga, buku yang ditulis Prof Suwardi jadi momentum penting. Tradisi yang sebelumnya dianggap sebatas permainan rakyat kini mendapat pengakuan resmi dari pemerintah daerah.
Tidak berhenti di situ, Kementerian juga meminta Prof. Suwardi menulis buku tentang pacu jalur dan seluruh tata upacaranya.
“Kemudian, saya disuruh membuat buku oleh Kementerian, akhirnya lahirlah buku pacu jalur dan upacara perlengkapnya. Alhamdulillah, sekarang pacu jalur sudah menjadi even pariwisata nasional," terangnya.
Setiap tahunnya, ribuan wisatawan berbondong-bondong datang ke Kuantan Singingi untuk menyaksikan jalur-jalur berlaga di Tepian Narosa.
Baginya, pacu jalur bukan sekadar lomba mendayung, melainkan perwujudan gotong royong dan kekompakan masyarakat Kuantan Singingi.
Prof Suwardi menyebutkan bahwa sudah ada upaya agar pacu jalur bisa masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Ia bahkan pernah diminta menjadi narasumber dalam proses tersebut.
“Sebetulnya, sejak dulu sudah ada usaha Indonesia untuk mendaftarkan pacu jalur ke UNESCO. Tetapi hingga kini belum ada kepastiannya,” tuturnya.Meski belum mendapat daftar UNESCO, kini kehadiran penari pacu jalur yang memikat penonton mancanegara menjadi salah satu bukti bahwa tradisi ini terus berkembang.
Viralnya Aura Farming, membikin turis asing penasaran dengan budaya Riau.
“Dengan adanya penampilan itu, banyak wisatawan lokal dan turis asing tertarik. Itu tanda penghargaan dari berbagai pihak,” tegasnya.
Editor : Mangindo Kayo