Qurban: Menyembelih Ego, Menegakkan Solidaritas

Foto Muhibbullah Azfa Manik
×

Qurban: Menyembelih Ego, Menegakkan Solidaritas

Bagikan opini
Ilustrasi Qurban: Menyembelih Ego, Menegakkan Solidaritas

Tak kalah penting, dalam era krisis iklim dan degradasi lingkungan, ibadah qurban menuntut pendekatan baru.

Bagaimana hewan dipelihara, diperlakukan dan disembelih harus menjadi perhatian umat. Lembaga zakat dan pengelola qurban mulai mendorong ekosistem qurban berkelanjutan: membeli dari peternak lokal, meminimalkan limbah organik, hingga mendaur ulang limbah kulit dan tulang.

Qurban dan Politik Kepedulian

Qurban bukan hanya ibadah individu, tapi juga pesan kolektif. Ia adalah politik kepedulian—di mana negara, lembaga, dan masyarakat saling bahu membahu memastikan bahwa yang lapar mendapat makan, yang tak punya akses ikut merasakan limpahan nikmat.

Di sinilah qurban bisa dimaknai sebagai ibadah publik, yang menguji kemampuan komunitas Muslim untuk mengorganisasi sumber dayanya secara adil.

Maka, pertanyaannya bukan lagi: berapa banyak sapi disembelih? Melainkan: apakah qurban tahun ini membuat yang miskin merasa lebih terhormat, lebih dilibatkan, lebih dicintai!

Dari Sembelihan ke Kesadaran

Di tengah dunia yang semakin menilai manusia dari kepemilikan, qurban datang sebagai pengingat bahwa nilai seseorang terletak pada apa yang rela ia lepaskan, bukan yang ia genggam.

Menyembelih hewan hanyalah simbol. Yang sejati adalah menyembelih rasa tamak, menyembelih rasa ingin diakui, dan menyembelih sikap abai terhadap penderitaan orang lain.

Maka, saat pisau tajam menyentuh leher hewan qurban, semoga yang lebih dulu tersentuh adalah hati kita.

Bagikan

Opini lainnya
Terkini