Dalam dunia yang semakin terdigitalisasi dan terdampak krisis ekonomi, ibadah haji semestinya dikembalikan ke prinsip dasarnya: bukan hanya ibadah spiritual, tapi juga amanah publik.
Karena itu, kontrol publik, transparansi pengelolaan, dan audit yang terbuka terhadap BPKH dan Kementerian Agama mutlak diperlukan.
Haji adalah puncak ibadah, tapi juga puncak akumulasi kekuasaan simbolik dan material.Maka sudah waktunya umat Islam melihat ibadah ini dengan dua mata: satu untuk langit, satu untuk bumi. Di langit ada nilai keikhlasan, di bumi ada logika anggaran dan kekuasaan. (*)