Jika Berdarah, Maka Laku

Foto Muhibbullah Azfa Manik
×

Jika Berdarah, Maka Laku

Bagikan opini
Ilustrasi Jika Berdarah, Maka Laku

Algoritma yang Haus Darah

Tak bisa diabaikan bahwa media sosial berperan besar dalam menyuburkan logika “if it bleeds, it leads.” Algoritma platform seperti Facebook, X (Twitter) dan TikTok dirancang untuk memprioritaskan konten yang menimbulkan keterlibatan tinggi—baik berupa kemarahan, ketakutan, atau kesedihan.

Emosi negatif cenderung lebih kuat memicu respons. Maka tak heran jika konten tragis dan penuh konflik jauh lebih sering berseliweran di linimasa ketimbang kabar baik atau informasi edukatif.

Kita menghadapi situasi yang paradoks: makin banyak informasi, makin dangkal perhatian. Tragedi yang dulunya bisa mengguncang publik kini hanya sebatas “scroll lalu skip.”

Lebih buruk lagi, masyarakat menjadi terbiasa melihat kekerasan sebagai hal biasa, dan sering kali tanpa refleksi mendalam.

Kondisi ini juga menyulitkan upaya membangun jurnalisme yang berimbang dan bermakna.

Jurnalis investigatif yang menghabiskan waktu berminggu-minggu mengungkap kasus korupsi, bisa kalah pamor dari video kecelakaan lalu lintas yang diunggah tanpa konteks.

Akibatnya, ruang publik digital makin didominasi oleh konten dangkal dan instan.

Butuh Etika Baru

Sudah saatnya kita bertanya ulang: berita seperti apa yang layak kita konsumsi? Dan konten seperti apa yang layak kita sebarkan?

Bagikan

Opini lainnya
Terkini